Saya posting sebuah skenario film yang saya tulis pascatragedi bom Bali tahun 2002 silam. Selamat membaca:
Skenario Film Cerita
Bunga di Tepi Badai
Sebuah karya Putu Fajar Arcana
Didedikasikan untuk ratusan korban tragedi bom Legian,
Bali, 12 Oktober 2002. Kepergian mereka adalah tonggak
bagi upaya-upaya penghentian permusuhan antarmanusia…
BUNGA DI TEPI BADAI
SINOPSIS
LUH Manik Mahaputri memutuskan berhenti sekolah. Ia tak perduli Ebtanas yang sebentar lagi akan digelar. Teman dan Kepala Sekolah menyayangkan sikapnya. Atas dasar mimpi seorang warga Desa Poh, Luh Manik “ditunjuk” menjadi penari joged. Kata ayahnya, Bapa, Luh Manik tak bisa menolak karena mimpi itu dianggap petunjuk Dewata. Kalau ia menolak akan terjadi bencana pada desa itu.
Selain itu kesempatan memperoleh penghidupan dari menari dengan membangkitkan kembali kelompok joged bungbung Teruna Arum, terbuka. Tiba-tiba datang seorang makelar bernama Pak Gung, yang menawarkan kontrak menari di sebuah hotel bintang lima di kawasan wisata Nusa Dua.
Bagi Luh Manik kesempatan ini membuatnya merasa semakin dekat meraih cita-cita menari di hadapan orang asing. Dan kesempatan ke luar negeri pun tinggal selangkah lagi.
Ia ingin seperti para penari di ISI yang setiap kali melakukan kunjungan ke luar negeri. Dengan begitu, ia akan dengan mudah membangkitkan Desa Poh tempat lahirnya dari gelimang kemiskinan. Selama ini kehidupan pertanian di desanya praktis tidak jalan, karena kekeringan yang menahun. Sebagai desa yang terletak di sebuah pulau yang kondang karena kebudayaannya, Desa Poh merasa disigkirkan. Warganya merasa tidak pernah diberi kesempatan turut serta mereguk gemerlap dunia pariwisata.
Luh Manik bersama Kadek Sukasti, penari joged lainnya, serta sebagian besar warga Desa Poh menjalani hari-hari dengan penuh harapan. Mereka berangkat ke Nusa Dua yang berjarak ratusan kilometer dengan menggunakan truk. Di kala hujan, mereka terbiasa berteduh di bawah terpal. Saat-saat pentas adalah saat-saat menyenangkan bagi Luh Manik. Ia merasa sebagian impiannya terwujud: menari di depan orang-orang asing yang dipenuhi rasa kagum.
Usai menari, biasanya seluruh anggota kelompok diberi nasi bungkus. Mereka dengan senang hati makan di bawah pohon di sekitar area hotel sembari berjongkok. Para turis menyaksikan itu sebagai sebuah keunikan. Makan pun jadi tontonan.
Tiba-tiba semua kegembiraan dalam waktu singkat berubah menjadi kesedihan. Bom yang meledak di Legian, 12 Oktober 2002 itu, telah mengubah kehidupan. Pihak hotel memutus kontrak dengan alasan yang sudah jelas, mereka tidak mendapatkan tamu. Bagi warga Desa Poh pemutusan kontrak itu seperti pemutusan harapan hidup yang baru saja bersemi. Banyak yang kemudian putus asa, membuang waktu dengan berjudi atau mabuk tuak.
Luh Manik sendiri setiap hari hanya bisa meratap. Ia hanya mampu mengadu kepada pohon jepun (kamboja) di batas desa, yang setiap hari dulu ia datangi. Banyak yang kemudian mengecapnya setengah gila.
Konflik di desa kemudian menjadi tajam, tatkala sejumlah warga mengusulkan untuk menjual gamelan. Itulah harapan hidup mereka satu-satunya. Pekak marah besar, karena merasa gamelan itu warisan leluhur. Tetapi ia terlambat, seorang makelar yang dulu datang untuk kontrak menari di hotel, sekarang datang lagi untuk membeli gamelan.
Bapa kemudian meninggal karena perkelahian di arena tajen (sabung ayam) Perutnya terburai ditusuk taji. Kejadian itu membuat Luh Manik benar-benar putus asa untuk meneruskan hidupnya di Desa Poh.
Ia kemudian memutuskan untuk membuka harapan baru dengan pergi ke Jakarta untuk menjadi pelayan toko. Desa Poh kembali seperti semula, senyap dan miskin…
Bunga di Tepi Badai
Karya Putu Fajar Arcana
SCREEN BLACK
TEMBANG: VOICE ONLY (V.O) Sesapi putih, mangulayang ke taman sari. Mangungkulin sekar wangi, tunjung biru. Manyagain kakupu mangisep sari. Sawireh sekar wangi apang eda kanti layu…(Camar putih terbang ke taman penuh bunga, melayang antara harum dan biru teratai. Ingin jaga, kupu-kupu mengisap sari, agar bunga yang cantik tidak kunjung layu).
PELAN-PELAN MUNCUL HURUF-HURUF BALI YANG BERBUNYI SAMA DENGAN TEMBANG SESAPI PUTIH. HURUF-HURUF ITU MENYERUPAI KALIGRAFI TETAPI DISENTUH DENGAN GAYA LUKISAN MODERN DARI MADE WIANTA. NAMUN LATAR WARNA TERAKOTA MEMBUAT HURUF-HURUF MENJADI TAMPAK KLASIK.
PELAN-PELAN MUNCUL PULA NAMA-NAMA PEMAIN, KRU, PRODUSER, SERTA SUTRADARA DALAM HURUF-HURUF YANG KEBALI-BALIAN. TETAP BERLATAR WARNA-WARNA TERAKOTA.
FADE IN:
EXTERIOR (EXT). JALANAN, SIANG HARI. MATAHARI TEPAT BERADA DI ATAS KEPALA.
BUS-BUS DAN KENDARAAN LAIN MELINTAS CEPAT. TERDENGAR SUARA KLAKSON SERTA DERU MESIN. BUS-BUS ITU MENINGGALKAN ANGIN KENCANG DAN DEBU-DEBU BETERBANGAN. BEBERAPA ORANG YANG ADA DI SITU MENUTUP MATA DAN HIDUNG MEREKA.
CUT TO:
EXT. DALAM LONG SHOOT (L.S) TERDENGAR KERIUHAN TERMINAL. SIANG HARI.
BAGIAN DEMI BAGIAN KESIBUKAN TERMINAL DIPERLIHATKAN.
SNAPSHOOT. ADA TRANSAKSI TIKET, ADA PULA PARA CALO YANG
BEREBUT PENUMPANG, DAN BAHKAN TAS PARA CALON
PENUMPANG DIREBUT. SEMUANYA MENGESANKAN KETERGESAAN.
DI SISI LAIN TERJADI PENGEJARAN SEORANG PENCOPET. KETIKA
PENCOPET ITU BERHASIL DITANGKAP, KEMUDIAN RAMAI-RAMAI
DIKEROYOK, DIPUKULI SAMPAI BABAK BELUR.
MASSA:
Bakar! Bakar! Bakar saja hidup-hidup…Sampah masyarakat.
EXT. SEBUAH BANGKU PANJANG DI TERMINAL. SIANG HARI.
POINT OF VIEW (P.O.V). DARI ARAH BELAKANG TAMPAK SEORANG PEREMPUAN, YANG AKAN KITA KENAL SEBAGAI LUH MANIK, SEDANG DUDUK. RAMBUTNYA BERKIBAR DITERPA ANGIN. DI TANGANNYA SELEMBAR TIKET JUGA BERKIBAR-KIBAR. IA TAMPAK GELISAH. SEBENTAR-SEBENTAR MEMBUKA TAS LALU MENGAMBIL SECARIK KERTAS KUMAL.
ZOOM IN (Z.I) SAMPAI BIG CLOSE UP (B.C.U)…TERLIHAT DI ATAS KERTAS TERTULIS SEBUAH ALAMAT:
Ibu Minarti Lin
Alamat: Ruko Panglima Polim, Kavling 100,
Blok G5 No 99,
Jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan.
WAJAH LUH MANIK MENATAP ALAMAT INI DENGAN PENUH RASA ASING. IA TAK YAKIN BISA MENEMUKANNYA DI KOTA BESAR SEPERTI JAKARTA. BEBERAPA KALI IA MENGUSAP MATANYA UNTUK MEYAKINKAN DIRI. ADA RASA GELISAH DI SITU.
CUT TO:
EXT/INT. (NARATOR) B.C.U BIBIR LUH MANIK YANG BERGETAR MENGUCAPKAN:
Saat aku memutuskan untuk berhenti sekolah, rasanya berat. Tak sanggup
meninggalkan teman-teman yang baik, guru-guru yang penuh perhatian, serta
bangku-bangku sekolahan yang hangat. Aku merindukan semua itu. Aku rindu
kembali mengenakan seragam putih abu-abu. Tetapi semua sudah berlalu kini.
Cita-cita untuk kuliah di ISI terasa makin jauh. Desa kembali sunyi. Orang-
orang berjudi, karena tak yakin bisa bangkit kembali. Sisa-sisa tuduhan bahwa
desa kami bekas sarang orang-orang PKI masih melekat sampai kini. Selama lebih
dari 32 tahun kami seperti hidup dalam keterpencilan, jauh dari jalan-jalan yang
mulus, dan bahkan jauh dari perhatian. Karena itu, kami memutuskan untuk
menjalani kehidupan kami sendiri…
CUT TO:
FLASH BACK I:
EXT. L.S HALAMAN BELAKANG SEKOLAH SEBUAH SMU. SIANG HARI.
TERLIHAT BEBERAPA SISWA BERGEROMBOL BERGOSIP MENGISI WAKTU ISTIRAHAT. SEORANG SISWI TAMPAK MARAH-MARAH (CUT TO CUT). DARI KEJAUHAN TAMPAK LUH MANIK SEDANG DUDUK BERSAMA GEDE RAKA. SISWI YANG BERNAMA DARMINI ITU BAHKAN HENDAK BERANJAK KE ARAH KEDUANYA, UNTUK MELABRAK LUH MANIK. UNTUNG SAJA SEORANG SISWI LAIN MEMEGANG TANGANNYA.
SISWI I:
Eh Dar, apa untungnya berkelahi…
DARMINI:
Kenapa? Tahu ndak, si Manik itu sudah berkali-kali memanasi-manasi aku…
(LAGI-LAGI INGIN MENCARI LUH MANIK, TETAPI CEPAT DITARIK
OLEH SISWI LAIN).
SISWI II:
Eeh..udah, tak perlu sampai berkelahi merebut cowok. Nanti juga selesai…
DARMINI:
Maksudmu apaan sih?
(MERONTA MINTA TANGANNYA DILEPASKAN)
SISWI I:
Darmini, Darmini, kamu kok telat banget sih. Si Manik itu kan mau berhenti
sekolah…
WAJAH DARMINI KAGET , TETAPI TERLIHAT SENANG. IA PIKIR
PASTILAH KEHILANGAN SAINGAN UNTUK MEREBUT HATI GEDE
RAKA.
SISWI II:
Itu artinya kesempatan lebih besar untuk menarik perhatian Raka.
DARMINI:
Kok kamu tahu Manik mau berhenti sekolah…
SISWI II:
Dar, kamu nih kuper banget sih. Gosip kan udah beredar dari mulut-mulut ke
kuping-kuping…
SISWI I:
Mangkanya jangan mikirnya Raka melulu (MENGGODA)
DARMINI SEPERTI MERONTA. IA MENCUBIT LENGAN SISWI I.
SISWI I:
Dar, Dar, apaan sih kamu….Eeeeittt……
EXT. L.S. SIANG, TAMAN SEKOLAH YANG PENUH DENGAN BUNGA
DAN PEPOHONAN PERKEBUNAN SEPERTI SINGKONG.
LUH MANIK DAN GEDE RAKA SEDANG DUDUK DI BAWAH
POHON YANG BERDAUN RINDANG. KEDUANYA SIBUK DENGAN PIKIRAN MASING-MASING. BEBERAPA LAMA KEMUDIAN RAKA MEMULAI PEMBICARAAN DENGAN AGAK TERSENDAT.
RAKA:
Ini, bukumu yang aku pinjam kemarin…terima kasih…
LUH MANIK:
(DENGAN GEMETAR MENGAMBIL BUKU CATATAN PELAJARAN
SASTRA YANG DISODORKAN GEDE RAKA)
Maaf, aku tak bisa memberi apa-apa buat Raka…
RAKA:
Jadi kamu tetap pada keputusanmu?
LUH MANIK:
Semua sudah diputuskan, Raka. Dan aku tak bisa menolak.
RAKA:
Maksudmu?
LUH MANIK:
Aku memilih jadi penari, seperti yang orang-orang inginkan…
DISOLVE TO:
FLASH BACK II:
EXT/INT. SEBUAH BANGUNAN BERBENTUK LOS. SIANG HARI. SINAR MATAHARI MENEMBUS CELAH-CELAH DAUN.
DI SELA-SELA PERANGKAT GAMELAN DARI BAMBU, TAMPAK TIKAR
DIGELAR. BEBERAPA LELAKI SEDANG BERPIKIR SERIUS.
SEMENTARA BEBERAPA DI ANTARANYA DUDUK-DUDUK SEMBARI
MEMBAWA AYAM JAGO.
INT. SEBUAH BANGUNAN LOS SIANG HARI. KAMERA DARI Z.I SAMPAI MEDIUM SHOOT (M.S).
BEBERAPA ORANG SERIUS BEREMBUG, BEBERAPA LAINNYA MEMUKUL DAN BAHKAN MEMELUK BILAH-BILAH GAMELAN DARI BAMBU. TOKOH BAPA SEPERTI SEDANG MEMIMPIN PERTEMUAN.
BAPA:
Coba Made, ceritakan mimpi malam itu, biar semua warga dengar…
MADE WESNA:
(C.U. DENGAN MIMIK SERIUS DAN WAJAH TEGANG, SEMENTARA KEDUA TANGANNYA MENJULUR KE DEPAN)
Nyata sekali mimpi itu buat tiang. Jelas ini pawisik, jelas ini petunjuk Dewata (TANGANNYA MENGEPAL)
WARGA I:
Karena ini pawisik, harus kita laksanakan!
WARGA II:
Ya, tapi isinya mimpi itu apa, De?
BAPA:
De, ayo kamu tenang dulu…(MENDEKATI MADE SEMBARI MENGURUT DADANYA). Sekarang ceritakan dengan runtun mimpi itu…
MADE WESNA:
(MALAH TIDAK BISA BICARA. IA SEPERTI TERSENGAL-SENGAL. LALU TANGANNYA MEMBERI ISYARAT BAHWA IA BUTUH MINUM).
WARGA III:
Cepat! Cepat! Cepat, ambilkan Made kopi…
WARGA I:
Air saja cukup, tidak usah kopi…
BAPA:
Sudah cepat ambilkan Made kopi di rumah Bapa.
EXT. SEBUAH JALAN SETAPAK DI DEKAT LOS GAMELAN. SIANG HARI.
SEORANG WARGA BERLARI TERGESA-GESA DARI DALAM LOS. SARUNGNYA BEBERAPA KALI MELOROT, TAPI IA BETULKAN KEMBALI. ORANG ITU KEMUDIAN MENGHILANG MENUJU JALAN SETAPAK LAIN DI BALIK PEPOHONAN.
CUT TO:
EXT. L.S. RUMAH LUH MANIK BERDINDING GEDEK BAMBU DAN MEMILIKI BERANDA YANG TERBUKA. SIANG HARI.
TAMPAK LUH MANIK SEDANG DUDUK DI BERANDA SEORANG DIRI, TAMPAKNYA IA BARU SAJA PULANG DARI SEKOLAH. PAKAIAN SERAGAM PUTIH ABU-ABU BELUM SEMPAT IA GANTI.
WARGA IV:
(MELINTAS DENGAN TERGESA-GESA DI HALAMAN. IA MENUJU DAPUR YANG LETAKNYA BERHADAPAN DENGAN RUMAH DI MANA LUH MANIK DUDUK)
LUH MANIK:
Ada apa, Bli? (KAGET, BERGERAK MENUJU HALAMAN DI DEPAN DAPUR)
WARGA IV:
Buatkan Made kopi, Luh.
LUH MANIK:
Tiang panaskan air dulu…
WARGA IV:
Adah…pasti lama jadinya. Tak ada air termos, Luh…
LUH MANIK:
Tiang tak punya termos, Bli…
(BERLALU DENGAN TERGESA MENUJU DAPUR MENINGGALKAN
WARGA IV DI HALAMAN)
INT. RUANG DAPUR LUH MANIK. SIANG HARI.
ADA TUNGKU DARI TANAH. DI ATASNYA TERDAPAT SALANGAN DARI BAMBU. DI SITU DIGANTUNG BUAH KACANG PANJANG DAN JAGUNG YANG SUDAH KERING KARENA TERUS-MENERUS TERKENA ASAP YANG MENGEPUL DARI TUNGKU.
LUH MANIK:
(MEMASUKKAN KAYU BAKAR KE DALAM TUNGKU, LALU MENGAMBIL DAUN KELAPA KERING DAN MENYALAKANNYA DENGAN KOREK API DARI KAYU. IA KEMUDIAN MELETAKKAN PANCI YANG TADI TELAH DIISI AIR DI ATAS TUNGKU. MENGAMBIL SEMPRONG DARI BAMBU DAN MENIUP-NIUP API AGAR NYALANYA LEBIH BESAR). B.C.U, KEDUA PIPI LUH MANIK MENGEMBUNG KARENA MENGUMPULKAN ANGIN, LALU MENGEMPIS SETELAH IA HEMBUSKAN UNTUK MENGHIDUPKAN API). CUT TO CUT. API MENYALA MEMBAKAR DAUN KELAPA KERING.
CUT TO:
EXT. HALAMAN RUMAH LUH MANIK YANG DIRINDANGI POHON MANGGA. MENJELANG SORE.
LUH MANIK KELUAR DARI DAPUR. DI BERANDA TAMPAK WARGA IV SEDANG DUDUK MENUNGGU.
LUH MANIK:
Tunggu sebentar saja Bli. Mungkin tak sampai 10 menit…
WARGA IV:
(HANYA MENGANGGUK, TAPI JELAS IA MENYEMBUNYIKAN KEGELISAHANNYA).
CUT TO:
INT. LOS GAMELAN. MENJELANG SORE.
BAPA:
(MEMERINTAHKAN SESEORANG UNTUK MEMBERI MADE WESNA
MINUM AIR KELAPA MUDA) Sudah cepat beri saja dia air kelapa itu…
SEORANG WARGA SETELAH MELOBANGI SECARA MELINTANG
BAGIAN TENGAH KELAPA DENGAN PISAU, SEHINGGA
MENYERUPAI MULUT ITU, KEMUDIAN BURU-BURU MEMBERI
MADE WESNA MINUM LANGSUNG DARI LOBANG YANG
MELINTANG TADI. MADE WESNA TAMPAK LEBIH TENANG,
SEAKAN BARU SAJA SADAR DARI KERASUKAN.
BAPA:
Nah, Made sekarang ceritalah. Bapa dan semua yang di sini tak sabar tahu
isi mimpimu itu…
MADE WESNA:
Bapa, malam itu tiang sengaja sembahyang di Pura Dalem (salah satu pura di
Desa) untuk minta petunjuk, supaya desa kita ini keluar dari kemiskinan. Saat
dalam keadaan setengah tidur setengah sadar, datang seorang, seorang tua
berpakaian putih, berjanggut putih. Ada tongkat di tangannya. Beliau
bilang sudah lama gamelan tidak berbunyi. Sekarang waktu untuk
gembira. Lalu beliau bilang lagi, nanti-nanti-nanti…(TERSENGAL-
TERSENGAL. BEBERAPA WARGA MENENANGKANNYA).
Nanti akan ada orang datang yang membawa gamelan ini ke tempat
yang ramai, sangat ramai, seperti sedang makan-makan…
WARGA I:
Sudah jelaaasss…sekarang Bapa. Ini petunjuk Dewata…(SANGAT
GEMBIRA).
BAPA:
Kita akan segera bangkit. Gamelan ini (MEMUKUL BILAH BAMBU
GAMELAN) akan membuat kita dapat uang banyak. Mulai besok kita
akan latihan lagi. Joged Teruna Arum akan hidup lagi. (KEMBALI SAMBIL
MEMUKUL BILAH BAMBU GAMELAN).
WARGA II:
Tapi sudah lama kita tak punya joged (Penari—Pen) Bapa…
BAPA:
Tak usah dipikir Luh Manik akan jadi penarinya. Katakan saja ini
pawisik Dewata. Ia takkan bisa menolak lagi seperti dulu.
CUT TO:
INT. KAMAR TIDUR LUH MANIK. MENJELANG SORE.
KARENA DINDINGNYA TERBUAT DARI GEDEK BAMBU, LUH MANIK MENEMPELKAN KORAN DAN POSTER-POSTER DI DINDING UNTUK MENGHALANGI PANDANGAN DARI LUAR. DI SITU TERDAPAT SEBUAH MEJA DAN LEMARI PAKAIAN DARI PLASTIK. JUGA TERDAPAT JADWAL MATA PELAJARAN DAN SEBUAH LAMPU MINYAK YANG MENGHITAM TERTEMPEL DI DINDING. KAMERA BERGERAK SAMPAI AKHIRNYA MENANGKAP SOSOK LUH MANIK.
LUH MANIK:
BERGANTI PAKAIAN. SETELAH MEMBUKA LEMARI IA MEMILIH BAJU KAOS BERWARNA KUSAM YANG BIASA DIPAKAI DI RUMAH. SEMENTARA ROK ABU-ABU MASIH TETAP IA KENAKAN.
WARGA IV: (O.S)
(P.O.V) TETAP PADA LUH MANIK YANG MELEPAS JALINAN RAMBUTNYA, SEMBARI BERKACA PADA CERMIN PECAH YANG IA SAMPIRKAN DI DINDING. TAMPAK WAJAH LUH MANIK DI CERMIN JADI PEOT-PEOT KARENA CERMIN YANG PECAH TADI.
Luh…sepertinya air di dapur sudah mendidih. Kamu dengar bunyinya kan?
Cepatlah Luh, Bapa pasti sudah menunggu di los gamelan….
CUT TO:
INT. DAPUR. MENJELANG SORE.
GELEMBUNG-GELEMBUNG AIR YANG MENDIDIH MENGELUARKAN SUARA, SEHINGGA MEMBUAT TUTUP PANCI BERGERAK-GERAK.
CUT TO:
INT. KAMAR LUH MANIK. MENJELANG SORE.
LUH MANIK:
MENEMBANG-NEMBANG KECIL. TERSENYUM SEMBARI TETAP MEMBUKA JALINAN RAMBUT. Sesapi putih, mangulayang ke taman sari. Mangungkulin sekar wangi, tunjung biru. Manyagain kakupu mangisep sari. Sawireh sekar wangi, apang ada kanti layu…(DINYANYIKAN DENGAN BISIK ATAU HANYA SIUL-SIUL KECIL SAJA)
WARGA IV: (O.S)
Luh…Luh…airnya Luh. Kopinya ditunggu di los gamelan. Bapa juga di sana…
LUH MANIK:
Ya…iya sebentar. Nanti tiang yang mengantar kopinya. Bli ke sana saja.
CUT TO:
EXT. LOS GAMELAN. MENJELANG PETANG. WARGA MASIH
BERKUMPUL.
WARGA IV:
DATANG TERGESA-GESA SEMBARI MEMBAWA SEGELAS KOPI. IA TAK PERDULIKAN SARUNGNYA YANG TERUS-MENERUS MELOROT. SEBELUM MEMASUKI LOS, IA DISAMBUT KATA-KATA BAPA.
BAPA:
Beh, telat…tadi Made sudah Bapa beri air kelapa. Kopinya buat Bapa saja…
WARGA:
TERTAWA BERSAMAAN. MEREKA TAMPAK CERIA SEKALI. SEPERTI ADA HARAPAN BARU DI WAJAH-WAJAH MEREKA.
WARGA IV:
Jadi Made mimpi apa…?
BAPA:
Ah, lain waktu Bapa ceritakan. Pokoknya mulai besok latihan lagi.
WARGA:
MASING-MASING MEMUKUL GAMELAN DENGAN RIANG. DARI JAUH TERDENGAR SAYUP-SAYUP SUARANYA. INI PERTANDA KEHIDUPAN BARU DIMULAI DI DESA POH.
EXT/INT. LOS GAMELAN BEBERAPA HARI KEMUDIAN. SIANG HARI.
BEBERAPA WARGA SEDANG BERBICARA DENGAN SESEORANG YANG NANTI KITA KENAL SEBAGAI PAK GUNG/MAKELAR. CUT TO CUT. BAPA BERLARI DARI JALAN SETAPAK. (C.U) TELAPAK KAKINYA YANG TANPA ALAS MEMUNCULKAN SUARA-SUARA ANEH KETIKA MENGINJAK TANAH. WARGA MENUNJUK KE ARAH BAPA YANG SEGERA MEMASUKI LOS.
BAPA:
Maafkan tiang Pak Gung…Apa sudah lama sampainya. Tadi kebetulan tiang sedang memberi makan ayam. Maafkan juga kalau tempatnya begini, sangat kotor, tak pantas menerima tamu dari Badung…
MAKELAR:
Sudah Bapa, jangan sungkan-sungkan. Kita sudah lama saling kenal. Saya tak banyak punya waktu. Langsung saja, kapan saja siap boleh. Kita sedang membutuhkan sekeha (kelompok—Pen) joged bungbung untuk menari di hotel…
BAPA:
(SAMBIL MEMANDANG KEPADA WARGA YANG ADA DI SITU, SEOLAH TAK PERCAYA). Jadi benar-benar terjadi sekarang…Mimpi itu benar-benar terjadi sekarang. (SAMBIL MENCAKUPKAN TANGAN DAN MENARUHNYA DI ATAS KEPALA, DENGAN MAKSUD MENGUCAP SYUKUR KEPADA IDA SANG HYANG WIDHI WASA).
MAKELAR:
(BINGUNG TAK MENGERTI. IA MENGHENTIKAN BICARANYA).
Tapi begini Bapa, kontrak ini hanya untuk tiga bulan. Jadi nilainya tak begitu besar. Tiang harus potong lima puluh persen, bagaimana?
BAPA:
Itu tak masalah Pak Gung. Asalkan kami bisa kembali menghidupkan Teruna Arum, sudah cukup. Begitu kan ida dane sareng sami? (Begitu kan warga sekalian—Pen).
WARGA:
(SEREMPAK) Inggih (Y aa—Pen) benar…
BAPA:
Jadi masalah uang nomor dua, Pak Gung. Lihat tanah di sini tak mungkin diolah lagi. Desa terpencil ini sudah kadung dicap sebagai desa para ekstrimis (DENGAN MIMIK AGAK BERCANDA) tak pernah punya kesempatan untuk maju…
MAKELAR:
Tak baik mengungkit masa lalu Bapa. Sudah sekarang saatnya untuk bangkit. Tapi setuju kan kalau saya potong lima puluh persen?
WARGA:
(KOOR) Setuju, setujuuuu….
CUT TO:
EXT. BERANDA RUMAH LUH MANIK. SORE HARI.
CAHAYA MATAHARI SAMAR-SAMAR KEMERAHAN DARI CELAH-CELAH DAUN. LUH MANIK MENEBARKAN SINGKONG KERING DI
HALAMAN. AYAM-AYAM SALING BEREBUTAN. BEBERAPA DI
ANTARANYA SALING KEJAR.
CUT TO:
EXT. JALAN SETAPAK DI BARAT RUMAH LUH MANIK. SORE HARI.
BAPA DATANG SAMBIL BERSIUL-SIUL. LUH MANIK MENAFSIR PASTILAH BAPA SEDANG RIANG HATINYA. KETIKA MEMASUKI BERANDA BAPA BERKATA:
BAPA:
Mulai besok kamu harus latihan lagi.
LUH MANIK:
Maksud Bapa?
BAPA:
Made Wesna dapat pawisik, kita harus hidupkan lagi Teruna Arum. Dan kamu terpilih jadi penari. Tadi juga sudah datang orang dari Badung untuk mengajak kita menari di hotel. Minggu depan akan datang lagi untuk kontrak…
LUH MANIK:
Tapi, Bapa…
BAPA:
Kamu tak bisa menolak Luh. Ini sudah pawisik dari Ida Bhatara…
LUH MANIK:
Sebentar lagi tiang ujian Bapa…
BAPA:
Sekolah belum tentu dapat kerja. Malah keluarkan uang terus. Berhenti saja. Cari kegiatan yang hasilkan uang. Jangan mau makan singkong…seperti ayam…(MENGAMBIL SINGKONG KERING YANG DIBAWA LUH MANIK, LALU MENEBARKANNYA, AYAM-AYAM BEREBUT). Kamu mau hanya makan singkong…Kalau kamu menolak pawisik ini akan ada bencana di desa.
EXT. HALAMAN RUMAH LUH MANIK. PETANG HARI. MATAHARI
BARU SAJA TERBENAM.
AYAM-AYAM TERUS SALING BEREBUTAN SINGKONG KERING.
PETANG MENJELANG. SUARA BINATANG-BINATANG MALAM
TERDENGAR. LUH MANIK BERGEGAS MENYALAKAN LAMPU
MINYAK DI BERANDA.
CUT TO:
EXT. JALAN SETAPAK MENUJU KEBUN RUMAH LUH MANIK. PAGI HARI.
BUTIR-BUTIR EMBUN MASIH TAMPAK DI ATAS DAUN. LUH MANIK DAN MEME, IBUNYA, SEDANG BERIRINGAN MENUJU KEBUN SINGKONG. LUH MANIK MEMANGGUL CANGKUL SEDANGKAN MEME MEMBAWA KERANJANG. WAJAH LUH MANIK DIPENUHI BEBAN BERAT.
MEME: (O.S)
(SAMBIL BERJALAN) Apa yang diputuskan Bapa dan warga semua demi kita bersama, Luh. Bapa benar, apa mau selamanya kita makan singkong. Sekolah sekarang tak menjamin dapat kerja. Kebetulan sekarang ada pawisik, dan itu telah terbukti benar, tiba-tiba ada orang dari Badung yang menawarkan kontrak. Kalau kamu menari, artinya kamu akan menolong banyak orang…
CUT TO:
EXT. KEBUN SINGKONG. PAGI HARI.
MEME MENCANGKUL DI SEKITAR PANGKAL POHON SINGKONG, SEMENTARA LUH MANIK MEMEGANG BATANGNYA. IA SIAP-SIAP MENCABUT. TAK LAMA KEMUDIAN TERLIHAT UMBI POHON ITU. LUH MANIK MENGAMBIL PISAU UNTUK MEMBERSIHKAN TANAH DAN MEMOTONG SINGKONG DARI POHONNYA. MEME MENCANGKUL POHON BERIKUT…CUT TO CUT. WAJAH MEME SEDANG MENGGEBU-GEBU BICARA.
MEME:
Sekarang kebangkitan desa ini sepenuhnya ada di tanganmu, Luh. Semua berharap kamu menjadi penyelamat…Kamu ingat, kami semua yang tua-tua ini tak bakal mampu berbuat apa-apa lagi. Cap sebagai desa PKI itu melekat sampai sekarang. Jangankan untuk kerja kantoran, sekolah tinggi saja tak bisa. Maka buat apa kamu sekolah, toh nanti ketemu masalah…
LUH MANIK:
(C.U. TANGAN LUH MANIK TETAP MEMBERSIHKAN, MEMOTONG, DAN MEMASUKKAN SINGKONG KE DALAM KERANJANG. WAJAHNYA TAMPAK PENUH TEKANAN).
MEME:
Kamu ingat anaknya Pak Wayan Delem yang dulu sudah lulus tes jadi polisi. Toh akhirnya dipulangkan karena surat kaleng, katanya bapaknya PKI. Anaknya Men Sadri malah dipecat dari pegawai negeri, lagi gara-gara surat kaleng, bapaknya mati karena terlibat PKI. Apa kamu mau begitu? Sudah, sudah, lebih baik menari saja…Jauh lebih aman.
CUT TO:
INT. BERANDA RUMAH LUH MANIK. PAGI HARI.
LUH MANIK:
(MEMARUT SINGKONG DENGAN PARUT GOBED YANG TELAH DIKUPAS MEME)
MEME:
(SAMBIL MENGUPAS SINGKONG) Kalau bukan kita siapa lagi yang bisa mengubah kehidupan di sini. Dari Meme masih anak-anak sampai punya anak sebesar kamu, tetap saja makan nasi campur begini. Sekarang kesempatan mengubah itu ada di depan mata. Kamu bisa menari di hotel, kenalan dengan turis-turis. Bila perlu dapat suami turis, nanti bisa pergi ke luar negeri. Jangan mau hanya menjadi penari tok. Itu hanya batu loncatan…
LUH MANIK:
(BERJALAN KE DAPUR MEMBAWA SINGKONG YANG TELAH DIPARUT. CARA BERJALANNYA GONTAI, SEPERTI SESEORANG YANG TAK PUNYA PEGANGAN. BERHENTI DI DEPAN PINTU DAPUR SEMBARI MEMEGANG KUSEN PINTU DARI BAMBU. KAMERA B.C.U WAJAH LUH MANIK YANG KUYU).
MEME: (O.S)
Desa ini jadi tambah melarat, karena hampir semua lelaki gemar tajen (sabung ayam—Pen). Bapamu itu contohnya. Hari-harinya habis di kalangan tajen. Judi itu ngulurin kala (menuruti hawa nafsu—Pen) namanya. Tak ada orang kaya karena judi, paling-paling pulang ribut-ribut. Cuma bikin sengkala (petaka—Pen) saja bisanya…Nanti kalau mereka sibuk magamel (menabuh gamelan—Pen), pastilah judi jadi berkurang.
CUT TO:
INT. RUANG KEPALA SEKOLAH (KASEK). PAGI HARI.
LUH MANIK SEDANG DUDUK DI DEPAN KASEK. RAMBUTNYA DIJALIN DUA, RAPI SEKALI. IA TERTUNDUK.
KASEK:
Semua terpulang kepadamu sekarang, Manik. Apa pun keputusanmu sebenarnya sama mulianya. Kalau kamu tetap sekolah, Bapak sangat bersyukur. Tetapi sebenarnya itu hanya menunda pengabdianmu kepada masyarakat. Tetapi kalau pengabdian yang kamu sebut-sebut tadi itu ingin kamu lakukan sekarang, maknanya sama saja: demi kemajuan masyarakat kan? Semua ada di tanganmu. Bapak tak bisa menghalangi, tapi tak bisa pula memintamu untuk tetap sekolah.
LUH MANIK:
Tiang hanya tak mampu melawan takdir…Pak. (PELUPUK MATANYA TAK MAMPU MEMBENDUNG AIR MATA. CAIRAN BENANG HANGAT ITU MELELEH SAMPAI KE PIPI. IA USAP DENGAN PUNGGUNG TANGAN).
KASEK:
Bukan itu soalnya Manik. Ini soal yang sangat rasional. Hidup sebagian besar warga di sini sungguh tak menentu. Selama ini kita hanya jadi penonton. Turis-turis tak pernah sampai kemari. Kita tidak pernah dapat kesempatan menikmati rezeki dari pariwisata. Sekarang kesempatan itu datang kemari…
LUH MANIK:
Tiang merasa beban itu seolah ditumpukan semua di pundak ini. Apa tiang sanggup? Berat rasanya meninggalkan bangku sekolah. Kesempatan untuk kuliah tari di Badung jadi hilang. Tiang ingin jadi penari yang bisa menari sampai ke luar negeri, Pak…Cita-cita itu tak mungkin lagi tiang raih.
KASEK:
Manik, jadi penari di desa juga bisa profesional. Kamu juga punya kesempatan ke luar negeri. Bapak hanya minta jangan sia-siakan pengabdian ini, kamu sedang berbuat untuk seluruh masyarakat.
CUT TO:
EXT. EMPERAN SEKOLAH. PAGI MENJELANG SIANG.
PARA SISWA SALING BERBISIK SOAL LUH MANIK YANG MENGHADAP KASEK. BEBERAPA DI ANTARANYA NGOTOT-NGOTOTAN SEPERTI SEDANG BERDEBAT. DI ANTARA MEREKA TAMPAK PULA GEDE RAKA. TETAPI LELAKI YANG CUKUP TAMPAN INI DINGIN SAJA.
SISWA I:
Sayang ya, Manik sebenarnya gadis yang cerdas dan cantik. Masa depannya akan tambah cerah, kalau saja ia mau menjadi pacarku…
SISWA II:
Huaah…masa depan apa yang bisa dijanjikan tukang angon bebek seperti kamu. Nih, lihat aku, anak saudagar sapi. Jelas hidupnya akan lebih baik…
SISWI I:
Weh, kalian kok tega-teganya sih bergunjing orang yang lagi kena masalah.
SISWI II:
Iya bukannya membantu malah melucu yang ndak-ndak lagi.
SISWA III:
Weeh apa guna berdebat soal akan jadi pacar siapa Luh Manik. Tuuhh lihat…(MENUNJUK KE ARAH GEDE RAKA YANG TEPEKUR DI BAWAH POHON DI SATU SUDUT SEKOLAHAN…) CUT TO CUT. WAJAH PARA SISWA LAIN TERBENGONG-BENGONG…KAMERA MOVEMENT SAMPAI DALAM LONGSHOOT MENANGKAP SOSOK LUH MANIK YANG BARU SAJA KELUAR DARI RUANGAN KASEK. BEBERAPA SISWA DAN SISWI YANG BERGEROMBOL SEGERA MEMBERI JALAN. LUH MANIK MENUJU KE ARAH DI MANA GEDE RAKA).
LUH MANIK:
Aku benar-benar tak diberi pilihan Raka. Jadi maafkan aku…
RAKA:
(DENGAN WAJAH TAK PERCAYA) Jadi kamu benar-benar berhenti, Manik?
LUH MANIK:
Apalagi yang bisa kuperbuat. Mungkin ini jalan yang sudah digariskan kepadaku.
RAKA:
Manik, kamu kan bisa tunda sampai selesai Ebtanas nanti, tinggal beberapa minggu lagi kan?
LUH MANIK:
Aku tak mau setengah-setengah. Sudahlah, kamu sekali waktu bisa singgah ke rumahku…(MENJAUH TETAPI JELAS SEKALI LANGKAHNYA BERAT).
CUT TO:
EXT. LOS GAMELAN DI DESA. MALAM BULAN PURNAMA.
DALAM L.S. TAMPAK BAPA SEDANG MENGHATURKAN SESAJI DI TIMUR LAUT LOS. DI SUDUT BAGIAN ATAS BANGUNAN ITU TERDAPAT PELANGKIRAN (SEMACAM ALTAR) BEBERAPA LELAKI MENGENAKAN SARUNG DAN IKATAN SELENDANG DI PINGGANG. TAMPAK PULA LUH MANIK SEDANG MEMBAGI-BAGIKAN BUNGA DAN DUPA. KAMERA Z.I SAMPAI C.U. MENANGKAP ASAP DUPA YANG MENGEPUL KEMUDIAN PELAN-PELAN MENINGGI DAN MENGHILANG DALAM CAHAYA BULAN.
BAPA: (O.S)
MENGUCAPKAN MANTRA-MANTRA PEMUJAAN YANG INTINYA MOHON DIBERI KESELAMATAN KEPADA SELURUH DESA DAN BERSYUKUR TELAH DIBERI KESEMPATAN UNTUK PENTAS DI HOTEL-HOTEL.
NARATOR (LUH MANIK): V.O.
Saat bulan terbit penuh, pertanda purnama menjelang, akhirnya kuputuskan untuk menari. Ingin rasanya segala beban yang ditimpakan di pundak ini, kutuntaskan ini hari. Bukan karena aku tak punya pilihan, tetapi peran ini mungkin lebih berguna bagi banyak orang yang mendambakan perbaikan nasib. Aku merasa tidak sedang berkorban, tetapi semata melakukan kewajiban yang dititahkan Dewata…
DISOLVE TO:
EXT. DI BAWAH CAHAYA BULAN. MALAM HARI.
LUH MANIK BERLATIH MENARI. PARA PEMUSIK TAMPAK TERSENYUM-SENYUM SEPERTI MENDAPATKAN HARAPAN BARU BAGI KELANGSUNGAN HIDUP MEREKA. BEBERAPA MALAH BERTERIAK-TERIAK KEGIRANGAN. Ayo, ayo…Luh. DAN LUH MANIK TERUS MENARI. BUNYI GAMELAN BERTALU-TALU MEMBELAH TERANG MALAM. BAPA BEBERAPA KALI MEMEGANG TANGAN LUH MANIK UNTUK MEMBENARKAN SIKAP MENARINYA. SUARA GAMELAN TERUS TERDENGAR SAMPAI JAUH MALAM BERPADU DENGAN SUARA-SUARA BINATANG MALAM.
DALAM L.S. DIPERLIHATKAN KIBASAN KIPAS LUH MANIK BERKELEBAT-KELEBAT DI TERPA CAHAYA BULAN. IA MENYENTUH SESEORANG DENGAN KIPASNYA. LALU MEREKA MENARI BERDUA DENGAN PENUH GEMBIRA. TERDENGAR SUARA…Tarik, tarik terus Luh…
DISOLVE TO:
RANGKAIAN ADEGAN
EXT. JALAN RAYA NEGARA-DENPASAR. MENJELANG SORE.
TERLIHAT SEBUAH TRUK PENUH DENGAN SEPERANGKAT GAMELAN, PARA SENIMAN YANG TELAH BERPAKAIAN UNTUK PENTAS ITU BERDIRI DI SELA-SELA GAMELAN ITU. BEBERAPA DI ANTARA MEREKA MENEMBANG DENGAN SUARA TAK JELAS. BEBERAPA LELAKI TAMPAK SANGAT MENIKMATI ROKOK KRETEK MURAHAN.
INT. M.S. RUANGAN DEPAN TRUK DARI JENDELA. SORE HARI.
LUH MANIK DAN KADEK SUKASTI TERLIHAT DUDUK DI SAMPING SOPIR. SOPIR YANG RUPANYA SUDAH DIKENALNYA ITU SESEKALI MEMBELOKKAN STIR SECARA KERAS, HINGGA KADEK SUKASTI TERDORONG KE ARAHNYA. SAAT LENGAN KADEK MENYENGGOL, SI SOPIR TAMPAK SENYAM-SENYUM DENGAN MATA YANG MELIRIK NAKAL…
BEBERAPA KALI SOPIR MENGULANGI PERBUATAN YANG SAMA. KADEK SUKASTI BERUSAHA MENEGUR DENGAN MENYIKU, TETAPI ITU MALAH DIANGGAP SEBAGAI MEMBERI PELUANG.
EXT. DI PINGGIR JALAN TEPAT DI DEPAN PURA RAMBUT SIWI. SORE HARI.
TRUK BERHENTI. DI DEPAN PURA RAMBUT SIWI. PARA SENIMAN TERMASUK LUH MANIK DAN KADEK SUKASTI TURUN. MEREKA MEMINTA PERCIKAN AIR SUCI AGAR DIBERI KESELAMATAN DALAM PERJALANAN. LUH MANIK BAHKAN MENUJU PADMASANA (BANGUNAN SUCI DALAM PURA) YANG TERLETAK DI DALAM SEBUAH PAGAR TEMBOK. IA SEMPAT MENGHATURKAN BHAKTI…
TAMPAK PULA BEBERAPA KENDARAAN LAIN YANG BERHENTI UNTUK MEMINTA PERCIKAN AIR SUCI.
EXT. L.S SAMPAI M.S. PURA RAMBUT SIWI. SORE HARI.
TAMPAK PURA DI TEPI TEBING. UNDAK-UNDAKAN YANG MELINGKAR MENUJU LAUT TAMPAK EKSOTIS DENGAN PURA YANG MEGAH. MATAHARI SORE MEMANTULKAN CAHAYA KE PERMUKAAN AIR LAUT. TAMPAK BERPENDAR-PENDAR MENIMPA DINDING-DINDING PURA.
EXT. TEPI JALAN DI DEPAN PURA RAMBUT SIWI. SORE HARI.
PARA SENIMAN SEDANG NAIK KE ATAS TRUK. KADEK SUKASTI NGAMBEK TAK MAU DUDUK DI SAMPING SOPIR.
KADEK SUKASTI:
Luh,…kamu saja yang dekat sopir. (SAMBIL MENDORONG LUH MANIK NAIK KE ATAS TRUK).
LUH MANIK:
(KEPADA SOPIR) Bli, jangan terlalu keras banting stirnya. (KENDATI SEMPAT MENOLAK, LUH MANIK AKHIRNYA BERSEDIA DUDUK DI SAMPING SOPIR).
INT. DI DALAM RUANGAN SOPIR TRUK. SORE HARI
M.S. SOPIR SENYAM-SENYUM. IA TETAP SAJA SECARA SENGAJA MEMBANTING STIR DENGAN KERAS DAN MENDADAK. LUH MANIK BEBERAPA KALI TERDORONG DAN MENYENGGOL SI SOPIR.
LUH MANIK:
(AGAK MARAH) Bli kalau tak mau dengar, tiang akan teriak biar tukang gamelnya tahu semua…
SOPIR:
Beh, joged kan biasa menari bersama laki. Bli juga sering ngibing (tayub—Pen) Nanti kalau selesai imbalan uang kita masukkan ke dalam itu-tu…(SAMBIL MENOLEH DADA LUH MANIK DENGAN MATA NAKAL)
LUH MANIK:
(MENDAPAT PERLAKUAN BEGITU KEMARAHAN LUH MANIK MEMUNCAK. IA BENAR-BENAR BERTERIAK)
Bli, Bli tukang gamel! Pak Sopir ini otaknya ngeres…
EXT/INT. BAGIAN BELAKANG BAK TRUK. SORE HARI.
PARA LELAKI TUKANG GAMEL YANG TADINYA ASYIK BERNYANYI KAGET MENDENGAR TERIAKAN LUH MANIK. TETAPI MEREKA HANYA MENCOBA MELONGOK-LONGOK KE RUANGAN SOPIR.
INT. RUANG DEPAN SOPIR. SORE HARI.
SOPIR:
LEBIH SOPAN MENJALANKAN KENDARAANNYA. IA TAK LAGI SENGAJA MEMBANTING STIR DENGAN KERAS DAN TIBA-TIBA
EXT. JALAN BY-PASS DENPASAR-NUSA DUA. MENJELANG PETANG.
L.S. TRUK BERISI PARA SENIMAN MELINTAS DI JALAN RAYA. DI LATAR BELAKANG TAMPAK PAPAN REKLAME SERTA ATRIBUT-ATRIBUT LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN DUNIA PARIWISATA.
INT. RUANG KEMUDI SOPIR. MENJELANG PETANG.
M.S. LUH MANIK DAN KADEK SUKASTI BEBERAPA KALI MEMBACA-BACA PAPAN REKLAME ATAU NAMA-NAMA PERKANTORAN YANG SEMUA DITULIS DALAM BAHASA INGGRIS.
KADEK SUKASTI: (O.S)
Nanti kalau berhadapan sama tamu, tak bisa bahasa Inggris tiang, Luh…
LUH MANIK:
TERSENYUM PENUH ARTI. Gampang saja, nanti kan banyak guide-nya…
KADEK SUKASTI: (O.S)
Coba kalau dapat suami atau pacarlah yang turis…
LUH MANIK:
Huuusssss…..kita datang ke Badung ini untuk menari. Bukan cari suami…..
KEDUANYA KEMUDIAN TERTAWA. BAHKAN SALING CUBIT DI
ANTARA MEREKA. SOPIR HANYA SENYUM-SENYUM, MASIH
DENGAN MATA YANG NAKAL.
CUT TO:
EXT. SEBUAH PANGGUNG DI TEPI KOLAM RENANG SEBUAH HOTEL BERBINTANG. MALAM HARI.
DI TEPI KOLAM ITU PULUHAN WISATAWAN ASING SEDANG “DINNER”. LANGIT CERAH PENUH BINTANG. LUH MANIK SEDANG MENARI. IA SANGAT ANGGUN. BEBERAPA WISATAWAN BERDECAK SEMBARI GELENG KEPALA PERTANDA KAGUM. PARA PENABUH GAMELAN PUN BANYAK SENYUM.
EXT. MEJA MAKAN DI TEPI KOLAM. MALAM PENUH BINTANG.
SEORANG WISATAWAN ASING SETENGAH UMUR BERGELENG-GELENG TANDA KAGUM. SEMENTARA BEBERAPA YANG LAIN SIBUK MENIKMATI SANTAP MALAM.
C.U. TELINGA PARA WISATAWAN YANG DISUNTINGI BUNGA JEPUN. DALAM M.S. TAMPAK BIBIR MEREKA BERDECAK.
WISATAWAN I:
It’s beautiful. It’s the truly paradise…Cekcekcekkkk…(BERGELENG LAGI SEMBARI MENEGUK SEBOTOL ANGGUR).
WISATAWAN II:
Beatiful lady, you are realy, realy an angel, oh my angle, please…come with me…(TERTAWA SAMBIL MENEGUK RED WINE).
EXT. PANGGUNG PEMENTASAN MALAM HARI.
LUH MANIK BERGERAK-GERAK DENGAN KIPAS DI TANGANNYA BAGAI BIDADARI. C.U. KIPAS YANG BERKELAP-KELIP DITIMPA CAHAYA. P.O.V. LUH MANIK TURUN DARI PANGGUNG MENUJU KUMPULAN PARA WISATAWAN. KIPASNYA MENYENTUH TUBUH SEORANG WISATAWAN YANG SEJAK TADI MEMUJA-MUJANYA.
LUH MANIK KEMUDIAN MENUNTUNNYA NAIK KE ATAS PENTAS. MEREKA MENARI BERSAMA.
PARA WISATAWAN LAIN YANG SEDANG MAKAN MALAM MENARUH SENDOK DAN GARPUNYA. MEREKA SEBAGIAN BESAR BERDIRI UNTUK MEMBERI TEPUK TANGAN. TAMPAK SEKALI APRESIASI MEREKA SANGAT BESAR KEPADA LUH MANIK.
EXT. TEPI KOLAM HOTEL BINTANG LIMA. MALAM HARI.
MEJA MAKAN. PARA WISATAWAN LAIN TERTAWA-TAWA KEGIRANGAN. BEBERAPA DI ANTARANYA TERBAHAK-BAHAK SEMBARI MENUNJUK-NUNJUK REKAN MEREKA YANG MENARI DENGAN LUCU, KARENA BERGAYA DISKO.
CUT TO:
EXT. HALAMAN BELAKANG HOTEL BINTANG LIMA. SUDUT SEPI. MALAM HARI.
L.S. SAMPAI M.S. DI BAWAH POHON-POHON JEPUN PARA SENIMAN TERMASUK LUH MANIK DAN KADEK SUKASTI SEDANG MAKAN NASI KOTAK. BANYAK DI ANTARA MEREKA MAKAN DENGAN CARA BERJONGKOK PERSIS SEPERTI KETIKA MEREKA MAKAN DI DEPAN PINTU DAPURNYA SENDIRI DI DESA.
EXT. DI KEBUN BELAKANG HOTEL BINTANG LIMA. MALAM HARI.
KAMERA BERGERAK MENGIKUTI DERETAN PARA SENIMAN YANG SEDANG MAKAN SAMPAI C.U. JARI-JARI SEORANG SENIMAN SEDANG MENYUAPKAN NASI KE DALAM MULUTNYA. M.S. DUA ORANG SENIMAN SEDANG MAKAN NASI KOTAK DENGAN SANGAT LAHAP DI BAWAH POHON YANG RINDANG.
SENIMAN I:
(MENDENGAR MULUT YANG BERDESIS SEDANG MAKAN)
Bli, kalau makan jangan ribut…
SENIMAN II:
Kamu tahu, inilah makanan terenak yang pernah Bli santap sepanjang hidup. Jadi jangan mempersoalkan ribut atau tidak.
SENIMAN I:
Tapi ini tidak sama dengan makan singkong sambil jongkok di depan pintu dapur sendiri. Banyak turis di sini. Malu…
SENIMAN II:
Kenapa turis-turis itu tidak malu juga makan di luar, di sebelah kolam.
SENIMAN I:
Eh Bli, tadi itu namanya dinner, bukan makan!
SENIMAN II:
Ya, tapi kan mereka makan di samping kolam renang, pake ribut juga kan?
SENIMAN I:
Itu dah dinner namanya…
SENIMAN II:
Jadi kalau makan di samping kolam renang, namanya dinner?
EXT. DI KEBUN BELAKANG HOTEL BINTANG LIMA. MALAM HARI.
LUH MANIK MENDATANGI KEDUA SENIMAN YANG NYARIS SEPUH TADI. MAKE UP DI WAJAHNYA BELUM SEPENUHNYA BERSIH. MASIH TERDAPAT BEKAS-BEKAS PIPI MERAH DAN PENEBAL ALIS.
LUH MANIK:
Weh Bli berdua…Ayo rombongan sudah menunggu di truk. Sudah, masalah dinner nanti diselesaikan saja di rumah…Ayo.
SENIMAN II:
Wah, kalau begitu, tiang bisa bawa sisanya ya…Kotaknya bagus…
SENIMAN I TERLIHAT NGEDUMEL MELIHAT TINGKAH LAKU SENIMAN II YANG DIANGGAPNYA MEMALUKAN ITU.
EXT. HALAMAN BELAKANG HOTEL. TEMPAT PARKIR. MALAM HARI.
DUA SENIMAN TADI BERGEGAS, BERLARI MENUJU TRUK YANG SEDANG DIPARKIR. SALAH SEORANG DI ANTARANYA MASIH TERLIHAT MEMBAWA SEKOTAK NASI. SENIMAN LAIN RIUH MEMPERSOALKAN KETERLAMBATAN DUA ORANG TADI. Weehh…
kemana saja, nanti kalau hilang di sini, tahu rasa tak bisa pulang…Mau pulang naik ojek…ha-ha-ha…YANG LAIN IKUT TERTAWA.
CUT TO:
EXT. JALAN DENPASAR-NEGARA. HAMPIR TENGAH MALAM.
PARA SENIMAN TAMPAK BERDIRI DI SELA-SELA PADATNYA GAMELAN. BEBERAPA DI ANTARANYA MENYEDOT ROKOK DAN BAHKAN MENGHABISKAN SISA NASI KOTAK. ADA PULA YANG HANYA MEMEGANG KOTAK KOSONG.
CUT TO:
EXT. JALANAN BERKELOK. SEBUAH TEMPAT DI LUAR KOTA. TENGAH MALAM YANG PEKAT.
L.S.SAAT TRUK MELAJU TIBA-TIBA GERIMIS. PARA SENIMAN TAMPAK PANIK. MEREKA BERDESAK-DESAKAN. ADA YANG COBA MERAIH TERPAL YANG KEBETULAN DITINDIH GAMELAN.
EXT/INT. DI DALAM RUANGAN SOPIR. TENGAH MALAM.
LUH MANIK:
Bli Sopir, cepat berhenti….Ke pinggir…Hujan, hujan….
INT. RUANG DEPAN SOPIR TRUK. TENGAH MALAM.
SOPIR YANG TERKANTUK-KANTUK TIBA-TIBA KAGET. C.U. KAKI MENGINJAK PEDAL REM.
LUH MANIK:
Weeh, Bli jangan mendadak begitu. Kasihan di belakang.
EXT/INT. BAK BELAKANG TRUK. TENGAH MALAM.
PARA SENIMAN SECARA BERSAMAAN SEPERTI TERDORONG KE DEPAN KARENA REM DADAKAN TADI. MEREKA JUGA MULAI PANIK KARENA HUJAN. BAHKAN ADA YANG MULAI MENGIGIL.
EXT. JALANAN BERKELOK-KELOK. TENGAH MALAM.
TRUK BERHENTI. MENEPI DENGAN RATING KIRI BERKEDIP-KEDIP. LUH MANIK BERGEGAS TURUN DARI RUANG SOPIR.
LUH MANIK:
Cepat terpalnya dipasang…(MELONCAT KE ATAS BAK TRUK. TURUT SERTA MENARIK TERPAL UNTUK MELINDUNGI PARA SENIMAN DARI HUJAN. PARA SENIMAN YANG LAIN TURUT MEMBANTU.
CUT TO:
EXT. JALANAN BERKELOK YANG BERHUJAN. MALAM HARI.
L.S. SETELAH DITUTUP TERPAL TRUK MELAJU LAGI MENUJU BALI BARAT. MESKI KEDINGINAN DI DALAM BAK TRUK PARA SENIMAN MASIH SEMPAT BERNYANYI-NYANYI.
CUT TO:
INT. KAMAR LUH MANIK BEBERAPA BULAN KEMUDIAN. PAGI
HARI.
KAMERA BERGERAK MEMPERLIHATKAN BAGIAN-BAGIAN KAMAR
LUH MANIK YANG MULAI BERUBAH. P.O.V. LUH MANIK SEDANG
MEMATUT DIRI PADA CERMIN. IA MENYISIR RAMBUTNYA
YANG PANJANG. CERMINNYA SUDAH BERGANTI DENGAN CERMIN
YANG UTUH, TIDAK LAGI SISA-SISA PECAHAN KACA. TETAPI DI
SITU MASIH TAMPAK LAMPU MINYAK.
MEME:
V.O. Luh…Luh…Manik…cuci berasnya. Meme beri makan babi dulu.
Luh…ingat berasnya masih cukup, tak usah dicampur singkong. Bapa tak mau.
LUH MANIK BERGEGAS MENGIKAT RAMBUT. SETELAH
SEBELUMNYA MENYAPUKAN BEDAK TIPIS DI WAJAHNYA YANG
HALUS. IA TAMPAK SEGAR SEKALI. SENYUMNYA MENGEMBANG.
EXT. HALAMAN RUMAH LUH MANIK. PAGI HARI.
MEME BERGEGAS MENUJU KEBUN YANG TERLETAK DI BELAKANG DAPUR. IA MENJINJING EMBER YANG BERISIKAN MAKANAN BABI. BURU-BURU IA TUANG MAKANAN ITU KE DALAM EMBER LAIN. BABI YANG SEJAK TADI SUDAH KELAPARAN ITU MENYANTAPNYA DENGAN CEPAT. SAMPAI TERDENGAR SUARA Capluk…Capluukk….
MEME:
Nah kalau makan itu begitu, biar cepat gemuk, nanti kalau Manik jadi kawin, kamu akan jadi babi gulingnya. Semoga pengorbananmu itu dibayar Hyang Parama Kawi, kalau menitis lagi biar jadi manusia…(SEMBARI MENGUSAP-USAP PUNGGUNG BABI)
INT. DAPUR LUH MANIK. PAGI HARI.
C.U. TANGAN LUH MANIK SEDANG MENCUCI BERAS. KAMERA BERGERAK SAMPAI MENANGKAP BIBIR LUH MANIK YANG MEREKAH. IA TAMPAK SENYUM-SENYUM MENDENGAR OMONGAN MEME TADI.
MEME: (O.S)
Luh, jangan terlalu lama mencucinya. Vitaminnya hanyut, yang untung si babi ini nanti. Bapa bilang kemana tadi, Luh?
LUH MANIK:
Tak bilang apa-apa, Me.
EXT/INT. PINTU DAPUR LUH MANIK.
MEME TIBA-TIBA MUNCUL DI PINTU DAPUR. TANGANNYA MASIH MENJINJING EMBER. SEMENTARA TANGAN LAINNYA BERLEPOTAN BEKAS MAKANAN BABI.
MEME:
(DENGAN MUKA KESAL). Lelaki tak bisa pegang uang. Sejak tadi pagi sudah hilang. Pasti ke kalangan tajen (arena sabung ayam—Pen), bukannya ke kebun. Banyak rumput yang mesti dirabas, biar coklatnya cepat besar.
LUH MANIK:
SEMBARI MELETAKKAN BERAS DI DALAM KUKUSAN YANG SUDAH IA SIAPKAN TADI DI ATAS TUNGKU. MENGAMBIL DAUN KELAPA KERING LALU MENYULUTNYA DENGAN KOREK. PIPINYA TAMPAK MENGEMBUNG SAAT IA MENIUPKAN ANGIN KE DALAM SEMPRONG BAMBU UNTUK MENYALAKAN API.
Biarlah Me, nanti tiang saja yang akan merabas rumput-rumput itu…
MEME:
Huh, laki-laki…Bapamu itu tak bakal pulang kalau uangnya tidak habis. Nanti kalau sudah di rumah marah-marah karena kalah. Meme khawatir babi itu jadi korban taruhan di kalangan tajen. Itu kan buat persiapan perkawinanmu nanti…
LUH MANIK:
Meme jangan menyebut soal kawin dulu. Baru saja tiang jadi joged…(MENGGODA MEME) Katanya mau dapat menantu turis…Kalau turis tidak pakai babi guling, Me…
MEME TERSENYUM PENUH ARTI DIGODA ANAK GADIS SATU-SATUNYA.
LUH MANIK:
Sudah Me jangan sering misuh, mungkin Bapa sedang latihan di los gamelan. Nanti tiang cari ya…
C.U. KARENA MELIHAT API YANG TADI DINYALAKAN LUH MANIK PADAM, MEME MENDEKAT KE TUNGKU, IA MENCOBA MENIUP SEMPRONG UNTUK MENYALAKAN API LAGI. B.C.U API MENYALA MEMBAKAR KAYU BAKAR SAMPAI MENIMBULKAN SUARA.
CUT TO:
EXT. SEBUAH PANGGUNG DI TEPI KOLAM HOTEL BERBINTANG. MALAM HARI YANG CERAH. TAMPAK LANGIT PENUH BINTANG.
LUH MANIK SEDANG MENARI. IA BERKELEBAT-KELEBAT SEPERTI BIDADARI, SEHINGGA MEMPESONA PARA WISATAWAN YANG SEDANG MENIKMATI MAKAN MALAM. SEORANG WISATAWAN YANG KEMUDIAN DIKENAL LUH MANIK BERNAMA STEPHAN ITU, BEGITU BERSEMANGAT MENONTON. KARENA ITU KETIKA DISENTUH KIPAS LUH MANIK, IA SERTA MERTA MENUJU KE PANGGUNG.
STEPHAN MENARI DENGAN PENUH SEMANGAT. MESKI PENUH KERINGAT LUH MANIK PUN MENARI DENGAN PENUH SENYUM. DI ATAS PANGGUNG ITU STEPHAN SEMPAT BERBISIK MENANYAKAN NAMA LUH MANIK.
STEPHAN: (O.S)
Nanti boleh berbicara sebentar? Saya akan tunggu Anda setelah menari ini.
LUH MANIK HANYA TERSENYUM. HATINYA TERKESIAP KARENA MENGINGAT PERKATAAN IBUNYA DI RUMAH BEBERAPA WAKTU LALU. IA HAMPIR SAJA LUPA MENGGERAKKAN TANGANNYA MELIHAT PESONA YANG DITABUR STEPHAN. IA LELAKI MUDA YANG TAMPAN.
INT. RUANG GANTI PAKAIAN HOTEL BERBINTANG. MALAM HARI.
M.S. TAMPAK LUH MANIK SEDANG BERGANTI PAKAIAN. IA
MEMBUKA KOSTUM TARINYA DAN KEMUDIAN MENGGANTINYA
DENGAN PAKAIAN SEHARI-HARI. CUT TO CUT STEPHAN BERJALAN
DI LORONG MENUJU RUANG GANTI. P.O.V CERMIN, WAJAH LUH
MANIK BERSERI-SERI. IA SEDANG MEMBERSIHKAN MAKE-UP DI
WAJAHNYA.
STEPHAN BERTANYA KEPADA SEORANG PENABUH YANG
KEBETULAN BERADA DI PINTU MASUK RUANG GANTI. DAN
PENABUH MENGANGGUKKAN KEPALANYA LALU MASUK. IA
MEMBERITAHU LUH MANIK BAHWA ADA TAMU MENUNGGUNYA DI
PINTU.
EXT. DI DEPAN PINTU RUANG GANTI HOTEL BERBINTANG. MALAM HARI.
STEPHAN MENYALAMI LUH MANIK YANG BARU SAJA KELUAR DARI
RUANGAN.
STEPHAN:
Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu. Nama saya Stephan, biasa dipanggil
Steve. Boleh tahu nama Anda?
LUH MANIK:
(TAMPAK CANGGUNG) Emm…Orang tua saya memberi nama Manik. Karena
saya perempuan saya dipanggil Luh, Luh Manik.
STEPHAN:
Oohhh, nama yang bagus. Terima kasih telah menyebutkan nama. Saya sangat
kagum pada kemampuan Manik menari. Di mana belajarnya? Apa belajar di
sekolah?
LUH MANIK:
Dari Kakek dulu…
STEPHAN:
Jadi untuk tari sebegitu bagus, tidak belajar di akademi atau sekolah menari?
LUH MANIK:
Kakek memang dulu penguruk tari di desa…
STEPHAN:
Sebentar, apa itu penguruk? Tolong jelaskan kepada saya.
LUH MANIK:
Mungkin pelatih saja, bukan guru, Kakek juga bisa menari karena diajar
kakeknya yang tak pernah sekolah.
STEPHAN:
C.U. WAJAHNYA MULAI SERIUS. Begini, Luh Man…siapa, Luh Manik.
Saya seorang produser pertunjukan di Eropa, mungkin kalau sekali waktu saya
undang Anda ke sana untuk menari bagaimana? Oh tentu saja bersama beberapa
pemusik.
LUH MANIK:
IA BERPIKIR SAMPAI WAJAHNYA TAMPAK LEBIH SERIUS DARI
STEPHAN. PIKIRNYA INILAH KESEMPATAN YANG IA TUNGGU-
TUNGGU ITU. TETAPI LALU KATANYA…Mungkin akan saya bicarakan
dulu dengan Bapa, ayah saya. Ia yang menjadi pemimpin kelompok ini.
STEPHAN:
Okay tak apa-apa. Saya menginap di hotel ini. Kalau Manik masih menari minggu
depan di sini, saya masih di sini juga. (MENYODORKAN KARTU NAMA
KEPADA MANIK).
RANGKAIAN ADEGAN:
EXT. HALAMAN BELAKANG SEBUAH HOTEL. MALAM HARI.
DENGAN SISA MAKE-UP DI MUKANYA, LUH MANIK TAMPAK
SEDANG BERJALAN-JALAN DI BAWAH POHON JEPUN DITEMANI
STEPHAN. SESEKALI KEDUANYA TERTAWA. L.S. LUH MANIK
MEMETIK BUNGA JEPUN LALU DISUNTINGKAN DI TELINGA
STEPHAN. B.C.U TANGAN LUH MANIK TIBA-TIBA DIPEGANG
STEPHAN. SEPERTI ADA GUNCANGAN DI DADA LUH MANIK.
STEPHAN MENGELUARKAN HANDYCAM LALU MEREKAM SEGALA
GERAK-GERIK LUH MANIK. STEPHAN MALAH MINTA AGAR LUH
MANIK MEMETIK BUNGA JEPUN LALU MENCIUMNYA.
EXT. HALAMAN RUMAH LUH MANIK. SORE HARI.
STEPHAN MASIH DENGAN HANDYCAM MEREKAM KEGIATAN
SEHARI-HARI DI RUMAH LUH MANIK. SORE ITU BANYAK SEKALI
WARGA YANG BERKUMPUL UNTUK MENONTON KEDATANGAN
STEPHAN KE DESA POH.
STEPHAN MENGIKUTI MEME YANG SEDANG MEMBERI MAKAN BABI
DI KEBUN BELAKANG. IA MINTA AGAR MEME MENGELUS-ELUS
PUNGGUNG BABI. MESKI MALU-MALU TETAPI MEME MELAKUKAN
SARAN STEPHAN. LALU LELAKI ASAL JERMAN ITU MEREKAM
KEGIATAN ITU.
CUT TO:
EXT. KEBUN COKLAT LUH MANIK. SORE HARI.
KARENA TAHU STEPHAN AKAN MEREKAM KEGIATANNYA BAPA
TIBA-TIBA MENGAMBIL SABIT LALU MERABAS RUMPUT-RUMPUT
DI BAWAH KEBUN COKLAT. STEPHAN TERUS MENGIKUTI BAPA
YANG TIBA-TIBA TAMPAK BEGITU RAJIN.
EXT. HALAMAN RUMAH LUH MANIK. SORE HARI.
LUH MANIK DAN MEME TERTAWA GELI MELIHAT TINGKAH BAPA.
MEME:
Luh kamu sudah lihat…tiba-tiba saja Bapa jadi begitu rajin…
LUH MANIK:
Biar aja Me, malah kebetulan tiang belum sempat merabas rumput di bawah
pohon coklat itu…(SENYUM PUAS).
CUT TO:
EXT. SEBUAH TEGALAN DI TEPI DESA. SORE HARI. MATAHARI
TELAH CONDONG KE ARAH BARAT. BAYANG-BAYANG POHON
TERLIHAT MAKIN MEMAJANG.
KAMERA TILT –DOWN DARI BUNGA-BUNGA JEPUN, GALAH BAMBU PENGAIT SAMPAI KEPADA LUH MANIK YANG SEDANG MENGAIT-NGAIT BUNGA DENGAN GALAH BAMBU ITU. RAMBUTNYA YANG PANJANG TERGERAI BERKIBAR DITIUP ANGIN SORE.
C.U. BUNGA-BUNGA YANG DIKAIT JATUH BERPUTAR-PUTAR
SEPERTI BALING-BALING PESAWAT.
LUH MANIK:
V.O. Ketika setiap sore aku memetik bunga jepun, aku bayangkan bunga-
bunga yang jatuh itu, baling-baling pesawat yang membawaku pergi menari
ke luar negeri. Ya, aku ingin seperti para penari di sekolahan itu. Aku ingin
sekali merasakan menari di panggung-panggung yang megah dengan lampu
warna-warni. Sebagai orang desa yang jauh dari gemerlap lampu-lampu di kota,
aku juga ingin menikmati hidup dengan sentuhan-sentuhan dunia
modern…Hanya menarilah yang aku bisa. Itu pun hanya menari joged yang
seringkali dicap miring, karena mengajak laki-laki untuk menari bersama.
EXT. DI BAWAH POHON BUNGA JEPUN. SORE HARI.
M.S. SAMPAI C.U. TIBA-TIBA BEBERAPA BUNGA JEPUN YANG
MEMUTAR-MUTAR ITU JATUH DI TENGAH-TENGAH UNGGUN API.
PELAN-PELAN BUNGA ITU MENGHITAM KARENA BARA.
LUH MANIK TERTEGUN. IA BARU SADAR KALAU SEJAK
TADI TERDAPAT API UNGGUN DI BAWAH POHON JEPUN.
MENDEKAT KE BARA. IA MELIHAT BEBERAPA KUNTUM BUNGA
TERBAKAR HANGUS. MATAHARI MENJELANG TERBENAM. ADA
SUARA-SUARA BINATANG SEPERTI MENJEMPUT MALAM TIBA.
CUT TO:
EXT. BERANDA RUMAH LUH MANIK. SIANG HARI.
LUH MANIK SEDANG MERANGKAI BUNGA JEPUN UNTUK
PERSIAPAN MENARI MALAM HARI DI NUSA DUA. TANGANNYA
SESEKALI MENIRUKAN GERAK-GERAK TARI. DARI BIBIRNYA
TERDENGAR TEMBANG MENGIKUTI IRAMA GAMELAN.
CUT TO:
EXT. JALAN SETAPAK SEBELAH BARAT RUMAH LUH MANIK.
BEBERAPA SAHABAT LUH MANIK SEMASA SMU BERJALAN
TERGESA. DI SITU JUGA TAMPAK GEDE RAKA YANG MEMBAWA
SEBUAH KORAN.
LUH MANIK:
LUH MANIK KAGET LALU BERGEGAS MENYAMBUT PARA SAHABATNYA. RANGKAIAN BUNGA JEPUN YANG BELUM RAMPUNG
IA LETAKKAN DI BALAI-BALAI BERANDA.
Apa yang membawa kalian kemari. Rumahku kotor begini. Ayo..
EXT. BERANDA RUMAH LUH MANIK. SIANG HARI.
PARA SAHABAT SEDANG DUDUK DI BALAI-BALAI. MEREKA
TAMPAK LELAH SETELAH BERJALAN BEBERAPA KILOMETER
MENYUSURI JALAN SETAPAK.
LUH MANIK:
Kalian duduk dulu, sebentar ya. Aku buatkan minum…
SISWI I:
Sudah Luh, kami tak lama. Jangan repot. Di sekolah malam ini ada
perpisahan… (SAMBIL MENGGAMIT TANGAN LUH MANIK YANG
AKAN BERLALU MENUJU DAPUR).
LUH MANIK:
DUDUK KEMBALI DENGAN WAJAH SEDIKIT MURUNG. IA
MEMBAYANGKAN KALAU SAJA DULU MENERUSKAN SEKOLAH
PASTILAH SEKARANG SUDAH TAMAT. Ah, aku tidak merasa repot. Tapi sudah kalau kalian keberatan, tak apa. Aku sedang bersiap-siap menari di
Nusa Dua malam ini…
SISWI II:
(MEMOTONG) Sebenarnya kami kemari…(MEMANDANG GEDE RAKA)
Gede, kamu saja yang ngomong. Aku tak sanggup…
GEDE RAKA:
(MENDEKAT KE LUH MANIK LALU DUDUK DI SAMPINGNYA).
Luh, aku harap jangan kaget ya. Apa kamu sudah dengar tentang…tentang.
Atau sebaiknya, ah, aku tak sanggup, kamu baca saja koran ini. (MENYO-
DORKAN KORAN).
LUH MANIK:
TERTUNDUK SEMBARI MEMBACA KORAN. BEBERAPA LAMA IA
TERDIAM. PELAN-PELAN AIR MATANYA MENETES. B.C.U. AIR MATANYA YANG BENING MELELEH DI PIPINYA YANG PUTIH. SLOW MOTION AIR MATA JATUH MENIMPA KORAN YANG TERBUKA DI HADAPAN LUH MANIK. PERLAHAN AIR MATA ITU MEREMBET DAN MENGEMBANG MEMBENTUK LINGKARAN PADA KORAN.
INSERT DALAM SLOW MOTION, DARI LEMBAR-LEMBAR KORAN YANG DIBENTANGKAN LUH MANIK, TERTAYANG MOBIL-MOBIL YANG TERBAKAR, BANGUNAN-BANGUNAN YANG HANCUR, API MENJILAT-JILAT DI TENGAH MALAM GULITA, KARENA LISTRIK PADAM.
KAMERA MOVEMENT, MEMPERLIHATKAN DOKUMENTASI TENTANG MAYAT-MAYAT YANG BERJEJER-JEJER DI JALAN RAYA. PARA SUKARELAWAN BEKERJA KERAS UNTUK MENOLONG KORBAN PELEDAKAN BOM LEGIAN, 12 OKTOBER 2002. BEBERAPA DI ANTARA KORBAN MASIH TAMPAK MENGERANG-ERANG KESAKITAN. SELURUH TUBUHNYA MELEPUH KARENA TERBAKAR. SEBAGIAN BESAR MEREKA ADALAH TURIS-TURIS ASING YANG PADA MALAM MINGGU ITU MENIKMATI KEMERIAHAN KAFE. SUARA SIRENE AMBULANS TERUS MERAUNG-RAUNG.
GAMBAR JUGA MEMPERLIHATKAN DOKUMENTASI DERETAN PASIEN KORBAN PEMBOMAN ITU DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR. MEREKA SEBAGIAN BESAR TIDAK MEMPEROLEH KAMAR PERAWATAN DAN HANYA DIDERETKAN DI KORIDOR. RUANG ICU RUMAH SAKIT ITU PENUH DENGAN MANUSIA.
CUT TO CUT. WAJAH LUH MANIK YANG SEMBAB KARENA TANGIS. AIR MATANYA TERUS MEREMBES. IA SEAKAN MENGERTI BAHWA BARU SAJA IA KEHILANGAN HARAPAN UNTUK MERAIH CITA-CITANYA MENARI KE LUAR NEGERI.
B.C.U. DALAM DAFTAR NAMA KORBAN TERDAPAT NAMA STEPHAN REUTER ASAL JERMAN. MANIK INGAT LELAKI SIMPATIK ITU BARU SAJA MEMBERINYA KARTU NAMA. IA BAHKAN BERJANJI AKAN MENGAJAKNYA MENARI KE EROPA.
LUH MANIK MENGELUS DADA. MELEKATKAN KORAN DI DADANYA. DUA HARAPANNYA SEKALIGUS HANCUR. IA BERPIKIR JALANNYA UNTUK MENARI KE LUAR NEGERI TERTUTUP SUDAH BERSAMA KEPERGIAN STEPHAN DENGAN CARA YANG TRAGIS.
MATA LUH MANIK MENERAWANG. (FLASH BACK, SLOW MOTION, STEPHAN SEDANG MENYALAMI DAN MEMBERI LUH MANIK KARTU NAMA DI DEPAN RUANG GANTI PAKAIAN DI HOTEL BERBINTANG).
GEDE RAKA:
Untuk menyampaikan peledakan bom di Legian itulah, kami datang kemari.
Karena kami pikir ini akan berakibat pada profesi yang kamu jalani sekarang
ini…Maafkan kalau berita ini mengejutkanmu. Lebih bagus kamu tahu lebih dini.
DISOLVE TO:
EXT. BERANDA RUMAH. SIANG HARI.
SEMUA SAHABAT LUH MANIK SEWAKTU SEKOLAH DULU MASIH DUDUK-DUDUK DI BERANDA. MEREKA INGIN AGAR LUH MANIK TABAH MENGHADAPI SEMUA ITU. GEDE RAKA TETAP BERUSAHA MENENANGKAN GADIS PUJAANNYA ITU.
C.U. WAJAH LUH MANIK AIR MATANYA MAKIN DERAS MENETES.
V.O…Aku bingung. Serpihan bom yang membuat ratusan manusia tak ber-
dosa meninggal dunia, sampai juga ke desa kami yang jaraknya ratusan kilo-
meter. Harapan yang baru saja bersemi di sini, dihancurkan dengan cara-cara
yang sangat kejam. Kini aku tak tahu apa yang harus dilakukan. Semua sudah
kupertaruhkan, semua…Aku bingung.
LUH MANIK BERLARI KE KAMARNYA. KAMERA C.U. DARI LATAR DEPAN, HINGGA TAMPAK WAJAH LUH MANIK. IA MEMBUKA-BUKA LEMARI PLASTIK DI MANA TERLIHAT PAKAIAN TARI BERCAMPUR DENGAN PAKAIN SEHARI-HARINYA. B.C.U. TANGAN LUH MANIK YANG MENCARI-CARI SESUATU DI BAWAH LIPATAN PAKAIAN.
LUH MANIK AKHIRNYA MENEMUKAN KARTU NAMA YANG DIBERIKAN STEPHAN. B.C.U. KARTU NAMA BERTULISKAN STEPHAN REUTER YANG KEMUDIAN DIDEKAP LUH MANIK.
CUT TO:
EXT/INT. BERANDA RUMAH LUH MANIK. SIANG HARI. BEBERAPA HARI KEMUDIAN.
DI SITU ADA BAPA, LUH MANIK, BEBERAPA TUKANG GAMEL, SERTA SEORANG LELAKI DARI BADUNG, YANG BERLAKU SEBAGAI MAKELAR SENI. SEMUANYA TERDUDUK DENGAN LESU. YANG TAMPAKNYA SIBUK MENJELASKAN HANYA MAKELAR (PAK GUNG).
MAKELAR:
Bapak-bapak tak usah kuatir, karena ini bukan kesalahan pihak hotel. Kontrak
menari itu diputus karena hotel sudah tidak memiliki tamu. Begitu bom itu
meledak, seluruh tamu minta pulang. Jadi sekarang tak ada tamu. Tetapi ini
pasti untuk sementara, nanti kalau tamu sudah datang lagi, mungkin kontrak
akan dilanjutkan. Dan saya akan datang lagi membawa kontrak…
BAPA:
Sampai kapan kami harus menunggu…
MAKELAR:
Sampai keadaan membaik, sampai kepercayaan tamu pulih kepada pulau kita.
SENIMAN I:
Selama menunggu keadaan baik, kami makan apa?
BAPA:
Kami tidak sudi lagi kembali makan nasi campur ubi. Pak Gung, kami takut
jadi miskin lagi. Jadi tolong carikan jalan agar kami tetap bisa hidup.
MAKELAR:
Kita semua hanya bisa menunggu Bapak-bapak. Saya tak bisa mencarikan
jalan lain, kecuali…
BAPA:
Kecuali apa? Apa pun jalan itu, kami akan tempuh Pak, asalkan desa ini tetap
bisa hidup.
MAKELAR:
Begini, saya dapat pesanan kolektor dari Jepang untuk mencarikan seperang-
kat gamelan joged. Kalau misalnya Bapak-Bapak mau, saya bisa hubungkan
ke orang itu.
BAPA:
Maksud Pak Gung?
MAKELAR:
Saya akan bantu menjualkan gamelan, kalau memang mau dijual.
CUT TO:
EXT. BERANDA RUMAH LUH MANIK. SIANG HARI.
LUH MANIK:
(MATANYA TAMPAK TAK PERCAYA AKAN APA YANG BARU SA-
JA DIDENGARNYA. TETAPI SEBAGAI PEREMPUAN IA TAK BERANI
BICARA).
BAPA:
Berapa besar harganya kalau gamelan itu dijual?
MAKELAR:
Tergantung berapa mau dijual?
PEKAK:
(TOKOH YANG DITUAKAN DI DESA ITU KEPADA BAPA) Kamu serius mau menjual gamelan? Setahuku gamelan itu sudah ditempatkan di los itu sejak aku masih kecil. Jadi siapa pembuatnya kita tidak tahu. (KEPADA MAKELAR) Maaf, Pak Gung…kami harus bicarakan ini dengan anggota kelompok yang lain. Kami hargai niat baik Pak Gung membantu kami, tetapi datanglah lain waktu, karena kami harus bicarakan rencana ini dulu di antara kami.
DISOLVE TO:
EXT/INT. LOS GAMELAN. SIANG HARI YANG TERIK. CAHAYA MATAHARI MENEROBOS CELAH-CELAH DAUN.
BAPA:
Coba Pekak beri kami pilihan sekarang. Apa kita mau makan singkong lagi? (KEPADA WARGA) Apa kita mau makan nasi campur seperti dulu lagi? Gamelan bisa dibuat lagi, Pekak ahli buat gamelan. Kenapa bingung. Kalau nanti kontrak itu ada lagi, kita bikin gamelan. Tidak sulit kan?
PEKAK:
Kamu sudah berumur, tetapi tidak mengerti menghargai warisan. Para leluhur menciptakan gamelan ini tanpa pamrih dulu. Apa kalian pernah menciptakan, sehingga mudah bisa memutuskan menjual, ha?
BAPA:
Apa anak cucu Pekak masih mau melanjutkan hidup atau tidak? Sekarang hanya gamelan itu harapan kita. Tak mungkin lagi bertani. Tanah di sini tandus dan kita sudah lupa cara-cara bertani.
PEKAK:
Kalau gamelan harapanmu, mengapa sekarang harus dijual?
BAPA:
Karena kita ingin tetap melanjutkan hidup…
PEKAK:
Nanti kalau uang hasil jualan gamelan habis, kamu mau makan apa?
BAPA:
Pastilah waktu itu kontrak di hotel sudah ada lagi…Sementara kita bisa putar di tajen dulu.
CUT TO:
EXT. HALAMAN RUMAH LUH MANIK. SIANG HARI.
MESKI TANGANNYA MENABURKAN SINGKONG KERING KEPADA AYAM-AYAM DI HALAMAN, TETAPI MATA LUH MANIK MENERAWANG JAUH. DIAM-DIAM AIR MATANYA MENETES, SEPERTI SESEORANG YANG KEHABISAN HARAPAN. LUH MANIK TAK TAHAN. IA BERLARI MASUK KE DALAM KAMARNYA, MEMBIARKAN AYAM-AYAM TERUS BEREBUT MAKANAN.
INT. KAMAR LUH MANIK. SIANG HARI.
KAMERA BERGERAK DARI KAKI SAMPAI PUNGGUNG LUH MANIK YANG TERGUNCANG-GUNCANG KARENA TANGIS. PEREMPUAN BERKULIT KUNING LANGSAT ITU TAK SANGGUP MENGATASI EMOSINYA YANG MELEDAK-LEDAK.
LUH MANIK PERLAHAN BANGUN. IA MENGUSAP AIR MATANYA SEMBARI MENUJU CERMIN. TANGANNYA MERAIH MAKE UP, LALU DALAM TANGISNYA IA PERLAHAN MENGOLES-OLES MAKE UP KE MUKANYA. PELAN-PELAN PULA TANGANNYA MEMBUKA KOTAK DARI ANYAMAN BAMBU YANG MENYIMPAN GELUNGAN (MAHKOTA) UNTUK MENARI.
SEMBARI MENEMBANGKAN SUARA GAMELAN, LUH MANIK MULAI MERENTANGKAN TANGANNYA. TANGANNYA KEMUDIAN BERKELEBAT-KELEBAT MENARI…DALAM DUDUK DI TEMPAT TIDUR LUH MANIK MENARI-NARI.
DISOLVE TO:
EXT. PANGGUNG PERTUNJUKAN DI TEPI KOLAM HOTEL BERBINTANG. MALAM HARI.
LUH MANIK SEDANG MENARI. DI SITU JUGA TERDAPAT STEPHAN YANG MENEMANINYA MENARI. SAAT MENARI STEPHAN MENGENAKAN PAKAIAN BALI. ADEGAN INI TAMPAK BEGITU ROMANTIK, KARENA BERLANGSUNG DI BAWAH SIRAMAN BULAN PURNAMA. SESEKALI STEPHAN TAMPAK TERTAWA LEBAR-LEBAR.
LUH MANIK JUGA TERLIHAT SANGAT BERBAHAGIA, SEOLAH MASA DEPANNYA BEGITU CERAH. MENARI ADALAH JALAN HIDUPNYA.
MEME: (O.S)
Luh, tolong lihat-lihat apinya di dapur, Meme mau beri makan babi dulu…
Jangan lupa, nanti nasinya tidak matang…
LUH MANIK BERGEGAS MELETAKKAN KEMBALI GELUNGAN SERTA
MEMBERSIHKAN MAKE UP DI WAJAHNYA.
CUT TO:
EXT. LOS GAMELAN. SIANG/SORE HARI.
BEBERAPA WARGA SEDANG MENAIKKAN GAMELAN KE ATAS TRUK. DI SITU ADA PULA BAPA SEDANG MENGAWASI KEGIATAN ITU. BAPA BAHKAN SEPERTI MEMBERI KOMANDO AGAR WARGA SECEPAT MUNGKIN MENAIKKAN PERANGKAT-PERANGKAT GAMELAN ITU.
CUT TO:
EXT. JALAN SETAPAK DI DEKAT LOS GAMELAN.
PEKAK TAMPAK SEDANG BERINGSUT. BEBERAPA KALI SARUNGNYA MELOROT. TUBUHNYA YANG CEKING TAMPAK RINGKIH.
BEBERAPA KALI IA COBA MENGHALANGI USAHA MENAIKKAN GAMELAN KE ATAS TRUK. BAHKAN PEKAK NAIK KE ATAS TRUK UNTUK MENURUNKAN BEBERAPA GAMELAN, TETAPI USAHANYA DICEGAT PARA LELAKI.
PEKAK:
Kalian akan menanggung akibat perbuatan ini. Kamu, kamu, dan kamu akan dikutuk para leluhur karena berkhianat….Desa ini akan tambah gering (melarat—Pen).
EXT. LOS GAMELAN. SIANG/SORE HARI.
BEBERAPA LELAKI TETAP MELAKUKAN USAHANYA MENAIKKAN GAMELAN KE ATAS TRUK. BEBERAPA YANG LAIN MENGGIRING PEKAK MENJAUH DARI LOS GAMELAN. MEREKA BAHKAN TERLIHAT MENDORONG-DORONG PEKAK AGAR PERGI. PEKAK TERHUYUNG-HUYUNG MULUTNYA MENYUMPAH-NYUMPAH.
PEKAK:
Bersama bumi dan langit kusumpah kalian, semoga selamanya kalian tak pernah sejahtera dan damai, karena telah menghilangkan jejak lelahur…
TIBA-TIBA GERIMIS TURUN. LANGIT KELAM DISELINGI PETIR YANG MENJILAT-JILAT PEPOHONAN. PARA LELAKI SECEPAT KILAT MENUTUP TRUK DENGAN TERPAL BERWARNA BIRU.
CUT TO:
EXT. JALAN DEKAT LOS GAMELAN. SORE HARI. HUJAN LEBAT.
DI TENGAH HUJAN LEBAT DAN CUACA YANG BERKABUT TAMPAK TRUK BERGERAK PERLAHAN MENINGGALKAN DESA POH. DALAM L.S BEBERAPA KALI TRUK BERINGSUT MELINTASI JALAN TANAH YANG BERLUBANG.
CUT TO:
EXT. HALAMAN RUMAH LUH MANIK. SORE HARI.
PEKAK DIIRINGI KADEK SUKASTI BERJALAN TERGESA. NAPAS TUANYA TERSENGAL-SENGAL. BEBERAPA AYAM YANG SEDANG MAKAN SINGKONG KERING MELONCAT KARENA KEDATANGAN KEDUA ORANG INI. PEKAK TERLIHAT MENGANGKAT SARUNG UNTUK MEMPERCEPAT LANGKAH.
INT. KAMAR LUH MANIK. SORE HARI.
LUH MANIK KALI INI SEDANG BERDIRI MENARI DI DEPAN CERMIN. MATANYA TERPEJAM, TETAPI PIPINYA TERUS-MENERUS DIBASAHI AIR MATA. TANGANNYA BERKELEBAT-KELEBAT TANPA TENAGA. TIBA-TIBA IA MENGGELESOH DI LANTAI DENGAN SIKAP MENARI.
PEKAK: (O.S)
Luh, Luh Manik… kamu harus mencegah mereka. Kita tak mau turut mendapat kutuk Dewata, gara-gara penjualan gamelan itu. Gamelan itu ibarat mata air di desa kita…
KADEK SUKASTI:(O.S)
Luh Manik keluar Luh, modal satu-satu untuk menari sekarang benar-benar telah dijual, Luh. Ayo Luh…
PEKAK: (O.S)
Ini bukan lagi sekadar soal modal. Kita tak pantas menjual sesuatu yang tak pernah kita beli. Apalagi seperangkat gamelan, yang dulu diciptakan pasti untuk diwariskan…
EXT/INT. PINTU KELUAR KAMAR LUH MANIK. SORE HARI.
LUH MANIK SEPERTI TERBURU-BURU KELUAR. MUKANYA SEMBAB. IA SEPERTI BARU SAJA MENANGIS BERKEPANJANGAN. C.U. WAJAH LUH MANIK YANG LESU. IA LUPA MEMBUKA GELUNGAN DI ATAS KEPALANYA…
KADEK SUKASTI:
Luh sedang apa kamu? Jangan membuat keadaan jadi tambah rumit. Tetaplah pakai ini (MENUNJUK KEPALA), otak Luh, otak Luh…Jangan jadi begini (MEMIRINGKAN TELUNJUK DI DAHINYA). Lihat tadi Pekak diusir-usir saat mencegah warga menaikkan gamelan ke atas truk…
PEKAK:
Sekarang hanya tinggal kamu yang bisa mencegah Bapa, Luh…Kamu primadona yang diutus Dewata untuk menari di sini, kamu punya kekuatan untuk menghalangi mereka Luh…
LUH MANIK:
Tiang bingung Pekak, tak tahu harus berbuat apa. (SAMBIL DUDUK DI BALAI-BALAI DAN KEMUDIAN MEMBUKA GELUNGAN DAN MENSILONJORKAN KAKI)…Apa bisa tiang mencegah mereka.
KADEK SUKASTI:
Luh, kamu belum mencoba. Sekarang gamelan sudah di atas truk. Kita harus cepat…
LUH MANIK:
Tiang kira, sudahlah Kak, mereka sudah memilih cara mempertahankan hidup (MENERAWANG).
PEKAK:
(WAJAHNYA MENDADAK GALAK) Jadi kamu setuju gamelan itu dijual. Kamu tahu siapa yang membeli gamelan itu?
LUH MANIK MENGGELENG PELAN SEMBARI MENGHEMPASKAN NAPAS
YANG SEJAK TADI MEMBEBANI DADANYA.
PEKAK:
Yang beli tak lain Gung Makelar, yang dulu datang untuk mengontrakmu menari
di hotel itu…
LUH MANIK:
(MESKI KAGET, TETAPI IA BERUSAHA MENYEMBUNYIKA
KEKAGETANNYA) Cobalah Pekak beri mereka pilihan sekarang?
PEKAK:
Kita bisa mengangkat cangkul kembali ke kebun.
LUH MANIK:
Mereka sudah kehilangan kepercayaan, apa bertani bisa lagi menjamin hidup.
KADEK SUKASTI:
Jadi, kamu juga akan membiarkan saja mereka menjual gamelan itu?
PEKAK:
Kamu sama saja dengan mereka. Biar kamu, ayahmu, serta para tukang gamel dikutuk Dewata! (PERGI TANPA PAMIT SEMBARI TERUS MENGOMEL) Warisan leluhur harusnya dirawat, bukannya dijual untuk berjudi. Susah memahami
pikiran anak sekarang, maunya cepat jadi uang…
CUT TO:
EXT. LANGIT MENDUNG. PETANG HARI.
PEKAK MENDONGAK KE LANGIT. DI ATAS LANGIT PEKAT KARENA MENDUNG MENGGAYUT. TAK LAMA KEMUDIAN GERIMIS TURUN. AYAM-AYAM BERLARIAN MENCARI TEMPAT BERLINDUNG. BURUNG WALET BETERBANGAN MENGEJAR BELALANG. SESEKALI TERLIHAT LANGIT TERANG KARENA KILATAN PETIR.
CUT TO:
EXT. SEBUAH HALAMAN DI ANTARA PEPOHONAN. SIANG HARI.
HALAMAN ITU DIBATASI BAMBU BERBENTUK EMPAT PERSEGI MENYERUPAI SEBUAH ARENA. TAMPAK PARA LELAKI SEDANG SIBUK MENGELUS-ELUS AYAM JAGO. BAPA BERADA DI TENGAH-TENGAH KALANGAN (ARENA—PEN), SEPERTI SEDANG MEMIMPIN ARENA TARUHAN. IA BERGANTI-GANTI MENGELUS-ELUS AYAM YANG LAIK TANDING. DI LUAR ARENA PARA LELAKI JUGA SIBUK MENGELUS-ELUS AYAM JAGONYA MASING-MASING.
C.U. DUA LELAKI SEDANG SIBUK MEMASANG TAJI DI KAKI SEEKOR AYAM JAGO. SATU MEMEGANG AYAM, SATU LAINNYA MELILITKAN BENANG UNTUK MENGIKAT TAJI.
L.S. PADA LATAR BELAKANG. SAYUP-SAYUP TERDENGAR TEMBANG-TEMBANG CAKEPUNG. PELAN-PELAN TERLIHAT PARA LELAKI DUDUK MELINGKAR SEMBARI MENGEDARKAN GELAS BERISI TUAK. DALAM KEADAAN MABUK MEREKA MENYANYI DAN MENARI. C.U. DUA LELAKI MAJU KE TENGAH LINGKARAN, MENYANYI DAN MENARI SECARA BERSAHUTAN. SEMENTARA BAU TUAK MENYEBAR KE SELURUH ARENA.
DI SEBUAH SUDUT LAIN PARA LELAKI BERJONGKOK ATAU BERDIRI MEMBENTUK LINGKARAN. KAMERA MOVEMENT DARI PUNGGUNG PARA LELAKI UNTUK KEMUDIAN MENYOROT APA YANG ADA DI TENGAH-TENGAH LINGKARAN. DALAM Z.I. TERLIHAT SEBUAH MEJA JUDI BOLA GELINDING ATAU POPULER DISEBUT CAP JE KIE.
B.C.U. BOLA MENGGELINDING, MOVE TO TUBUH ORANG-ORANG YANG MIRING KE KANAN DAN KE KIRI SESUAI DENGAN ARAH BOLA. KETIKA BOLA BERHENTI DI GAMBAR GUNUNG MERAH SECARA SPONTAN TERDENGAR TERIAKAN GEMBIRA BERCAMPUR KEKECEWAAN YANG LAIN.
M.S. SEORANG PENJUDI TAMPAK PENASARAN. IA MINTA BOLA DARI BANDAR. SETELAH MELEMPARKAN UANG SEBESAR RP 50.000 KE SEBUAH HAMPARAN PLASTIK BERGAMBAR PALANG HIJAU, IA MULAI MENGGELINDINGKAN BOLA. BADANNYA BERGERAK-GERAK MENGIKUTI ARAH BOLA. B.C.U. BOLA TIBA-TIBA BERHENTI DI GAMBAR PALANG MERAH. SI LELAKI TAMPAK KECEWA DAN KEMUDIAN DENGAN MENGGERUTU KELUAR DARI LINGKARAN ORANG-ORANG.
CUT TO:
EXT. ARENA SABUNG AYAM. SIANG HARI.
TERDENGAR SUARA RIUH. BAPA BERKERINGAT. DENGAN JEPITAN ROKOK DI BIBIR IA SIBUK MENIMBANG-NIMBANG LAWAN AYAM JAGO MASING-MASING.
BAPA:
Bagaimana kalau yang ini…(SAMBIL MENUNJUKKAN AYAM BERWARNA MERAH) Ini ayam sudah menang tiga kali. Taruhannya dua lawan satu saja…gimana?
PENJUDI:
(SAMBIL MENGELUS-ELUS AYAM PUTIH) Yang serawah (putih—Pen) ini badannya lebih kecil, lagi pula baru turun gelanggang. Tiang setuju dua-satu…..
BAPA:
Nah payu (jadi—Pen), dua-satu…
BAPA KEMUDIAN MENYERAHKAN AYAM MERAH YANG BARU SAJA DIPEGANGNYA KEPADA SESEORANG. ORANG ITU BERGEGAS MENGAMBIL TAJI YANG DISELIPKAN DI PINGGANGNYA. BERSAMA ORANG LAIN IA TAMPAK SIBUK MEMASANG TAJI DI KAKI AYAM.
CUT TO:
EXT. JALAN SETAPAK DI DEKAT ARENA SABUNG AYAM. SIANG HARI.
SEBUAH SEPEDA MOTOR TRAIL YANG DIKENDARAI DUA ORANG POLISI DALAM PAKAIAN PREMAN MELAJU. KEDUANYA BERGEGAS MENUJU ARENA SABUNGAN. TAK BEBERAPA LAMA KEDUA LELAKI BERAMBUT CEPAK ITU MENDONGKRAK SEPEDA MOTORNYA.
SEORANG LELAKI BERGEGAS MEMASUKI KALANGAN SABUNG AYAM. IA MELANGKAHI BEBERAPA PENJUDI YANG SEDANG JONGKOK. LELAKI ITU KEMUDIAN BERBISIK KE TELINGA BAPA. BAPA MANGGUT-MANGGUT TANDA MENGERTI.
CUT TO:
SECARA BERBARENGAN BAPA DAN LELAKI ITU MELANGKAH KE LUAR KALANGAN. MEREKA BERJALAN MENUJU KE BALIK RIMBUN BAMBU DI MANA KEDUA POLISI ITU MENUNGGU.
L.S. BAPA SEPERTI SEDANG BERCAKAP-CAKAP DENGAN KEDUA POLISI TADI. LALU TANGAN MEREKA BERSALAMAN. SEHABIS BERSALAMAN SEORANG POLISI MEMASUKKAN TANGANNYA KE DALAM SAKU CELANA. KEDUANYA KEMUDIAN PERGI. SUARA MOTORNYA MENDERU SEMAKIN JAUH.
CUT TO:
EXT/INT. KALANGAN SABUNG AYAM. SIANG HARI.
M.S PARA PENJUDI SIBUK MENGACUNG-ACUNGKAN UANG SEBAGAI TANDA TARUHAN. DARI MULUT MEREKA KELUAR KATA-KATA SEBAGAI PENANDA AYAM YANG MEREKA JAGOKAN. KAMERA MOVEMENT MENYAPU TANGAN-TANGAN YANG MENGACUNG SERTA MELEMPARKAN UANG TARUHAN KEPADA LAWAN MEREKA DI SEBERANG KALANGAN.
KETIKA KEDUA AYAM DILEPAS, SECARA MENDADAK SUARA-SUARA ITU BERHENTI. TAPI KEMUDIAN SERENTAK BERTERIAK KALAU KEBETULAN AYAM BERADU DI UDARA.
CUT TO:
EXT/INT. KALANGAN SABUNG AYAM. SIANG HARI.
C.U. DUA AYAM JAGO SEDANG BERADU DI UDARA. SUDAH TAMPAK CUCURAN DARAH DARI LAMBUNG SEEKOR AYAM ITU, TETAPI BELUM JUGA MATI. DALAM BEBERAPA GERAKAN AYAM YANG LUKA ITU MALAH BERHASIL MELUKAI LAWAN. KEDUANYA KEMUDIAN SAMA-SAMA DIAM.
CUT TO:
EXT. DI SEBUAH TEGALAN YANG LETAKNYA DI TEPI DESA.
P.O.V. LUH MANIK SEDANG BERADA DI SALAH SATU DAHAN POHON JEPUN. SEJAK TADI IA MENDEKAP BATANG JEPUN ITU. AIR MATANYA MEMBASAHI PIPI. BEBERAPA KALI IA MENJATUHKAN BUNGA-BUNGA JEPUN YANG TADI DIPETIKNYA. B.C.U BUNGA-BUNGA JEPUN YANG JATUH BERPUTAR-PUTAR SEPERTI BALING-BALING PESAWAT. AKTIVITAS INI TERUS DILAKUKAN LUH MANIK…
LUH MANIK: (V.O)
Jepun, kita sekarang seperti penjudi yang kalah. Apa pun yang melekat di badan bisa jadi taruhan. Modal satu-satunya yang kita harap bisa membawa desa ini keluar dari kemiskinan, sudah Bapa jual. Keyakinan menari di hotel akan membawa kemakmuran di sini, sekarang menemui jalan buntu. Apakah kita harus kembali menyusur tepian kalau yang sudah kita jalani saja tersandung kerikil tajam…
KADEK SUKASTI: (O.S)
Luh, Luh Manik…aku sudah duga kamu pasti di sini. Jangan begitu, seperti orang buduh (gila—Pen) Luh. Lebih baik pikirkan apa yang bisa kita lakukan…
KADEK SUKASTI MENDEKAT KE PANGKAL POHON JEPUN.
(MENDONGAK) Weh, weh, Luh turun, turun, sedang apa kamu di sana. Tidak baik perempuan ada di tempat tinggi…Gampang menggoda para lelaki…hi-hi-hi (TERTAWA GELI)
LUH MANIK:
(MASIH DARI ATAS POHON) Aku berharap dari ketinggian inilah segala masalah jadi tampak jelas, Dek. (KAMERA DALAM L.S.MEMPERLIHATKAN WAJAH DESA POH DARI KEJAUHAN. SEBUAH DESA YANG RINGKIH KARENA KEMISKINAN DAN KETERBELAKANGANNYA).
KADEK SUKASTI:
Weh Luh jangan mengada-ada. Sekarang masalah sudah tampak di depan mata. Kita tak mungkin menari lagi, karena gamelan sudah dijual…
LUH MANIK:
Bukan itu saja, Dek. Masalah kita di sini adalah kebodohan. Bapa menjual gamelan lalu sibuk berjudi. Begitu juga yang lain. Semua karena kebodohan. Dan karena itu pula kita jadi miskin. Kamu tidak sekolah. Aku sendiri tak bisa selesaikan sekolah. Apa yang bisa dilakukan oleh orang-orang yang bodoh seperti kita, kecuali terus-menerus jadi miskin…
KADEK SUKASTI:
Ayo Luh, kita pulang saja. Hari sudah hampir petang….
CUT TO:
EXT/INT. KALANGAN SABUNGAN AYAM. MENJELANG PETANG.
DUA AYAM ADUAN SEDANG DIKURUNG DALAM KURUNGAN DARI BAMBU. CARA INI SEBAGAI CARA TERAKHIR UNTUK MENENTUKAN PEMENANG, SETELAH DALAM TANDING TIDAK ADA AYAM YANG MATI. MANA AYAM YANG LEBIH DULU MENCOCOK LAWAN, DIALAH YANG DINYATAKAN SEBAGAI PEMENANG. TETAPI KALAU TERJADI SALING COCOK BERARTI AYAM DILEPAS LAGI UNTUK BERTANDING.
SEBAGAI SAYE (SEMACAM JURI—PEN) BAPA MENJADI PENENTU MENANG DAN KALAH. SETELAH MENGHITUNG SAMPAI SEPULUH, KARENA MELIHAT TAK SEEKOR AYAM PUN YANG MENCOCOK LAWAN, BAPA MEMUTUSKAN SABUNGAN KALI INI BERLANGSUNG SERI. TAK ADA PIHAK YANG HARUS MEMBAYAR APA PUN.
KEPUTUSAN INI JUSTRU MENGUNDANG PROTES PEMILIK AYAM PUTIH. IA MELIHAT AYAMNYA SEMPAT MENCOCOK LAWAN. OLEH KARENA ITU IA BERSIKERAS MINTA AGAR TARUHAN SEPENUHNYA MILIKNYA. TETAPI BAPA TETAP PADA KEPUTUSAN SEMULA. DALAM SLOW MOTION MULAILAH TERJADI SALING DORONG. BAHKAN DARI ARAH BELAKANG MULAI ADA TERIAKAN-TERIAKAN UNTUK MEMBUNUH. BAPA TIBA-TIBA TERJATUH KARENA DIDORONG IA PUN BANGKIT UNTUK MEMBALAS. SAAT ITULAH LAWANNYA MENGHUNUS TAJI UNTUK KEMUDIAN MENIKAM PERUT BAPA.
SUASANA JADI TAMBAH KACAU. PARA PENJUDI SEPERTI BERLOMBA LARI DENGAN AYAM-AYAM YANG LEPAS DARI KURUNGAN. DALAM M.S. BAPA SAMAR-SAMAR DI ANTARA KAKI-KAKI YANG BERLARIAN TERGELETAK DI TENGAH KALANGAN. TUBUHNYA BERSIMBAH DARAH.
CUT TO:
EXT/INT. KALANGAN SABUNGAN AYAM. PETANG HARI.
BEBERAPA WARGA MENEMUKAN BAPA TERGELETAK. MEREKA KAGET. LALU BERAMAI-RAMAI MENGGOTONGNYA.
EXT. JALAN SETAPAK DESA. PETANG HARI.
KAMERA MOVEMENT MENYAPU TETESAN DARAH YANG JATUH DI JALAN SETAPAK SAMPAI AKHIRNYA MENANGKAP LAMBUNG BAPA DI MANA DARAH ITU MENGUCUR DERAS.
EXT. HALAMAN RUMAH LUH MANIK. PETANG HARI.
LELAKI:
Meme, Meme, Bapa Meme, cepat keluar Meme……
INT. DAPUR LUH MANIK. PETANG HARI.
MEME YANG SEDANG MENIUP API KAGET MENDENGAR TERIAKAN DARI HALAMAN. LALU BURU-BURU KELUAR.
MEME:
MELIHAT BAPA YANG DIGOTONG PENUH LUKA. Dewa Ratu, mengapa sampai begini, Bapa…Bapaaaa……Bagaimana sekarang, pulang-pulang jadi begini….(KEPADA LELAKI) Tolong cari Luh Manik, cari….Manik di mana kamu Manik, Bapa Manik….Aduh Bapa….(MINTA AGAR BAPA DIBARINGKAN DI BALAI-BALAI).
SEORANG LELAKI BERLARI, IA BERGEGAS MENCARI LUH MANIK. SEMENTARA LELAKI LAIN BERSIKERAS MINTA AGAR BAPA SEGERA DIBAWA KE PUSKESMAS SAJA.
LELAKI LAIN:
Meme kita ke Puskesmas (LALU MINTA AGAR PARA PENGUSUNG BAPA BURU-BURU PERGI LAGI).
SETELAH MASUK SEBENTAR KE DALAM RUMAH, MEME MENYUSUL SEMBARI BERLARI-LARI KECIL.
CUT TO:
EXT. DI BAWAH POHON JEPUN. PETANG HARI.
LUH MANIK DAN KADEK SUKASTI SEDANG SERIUS BERCAKAP-CAKAP. TIBA-TIBA KEDUANYA DIKEJUTKAN PANGGILAN SESEORANG DARI KEJAUHAN.
LELAKI:
Luh, Manik, cepat pulang! Bapa Luh, Bapa…
LUH MANIK:
Ada apa dengan Bapa, Bli? (PENUH KEKAGETAN)
LELAKI:
Bapa luka Luh…tadi di kalangan tajen ribut………
TANPA BERTANYA LAGI LUH MANIK BERGEGAS PULANG. DI BELAKANGNYA KADEK SUKASTI DAN LELAKI JUGA IKUT BERJALAN SEKENCANG-KENCANGNYA. PETANG PELAN-PELAN BERUBAH JADI GELAP. SUARA BINATANG-BINATANG MALAM MULAI TERDENGAR.
TUBUH KETIGA ORANG INI MENGHILANG DI SEBALIK RIMBUN POHON PISANG.
CUT TO:
INT. RUANG TERIMA PASIEN PUSKESMAS. PETANG HARI.
SEORANG JURU RAWAT BURU-BURU MENYAMBUT KEDATANGAN BEBERAPA WARGA DESA YANG MENGGOTONG BAPA. JURU RAWAT ITU MEMBERI PERINTAH AGAR BAPA DITIDURKAN DI SEBUAH TEMPAT. JURU RAWAT ITU MENCOBA MEMERIKSA DAN MELIHAT LUKA DI LAMBUNG BAPA. DARAH TERUS-MENERUS MENGUCUR, SEMENTARA BAPA TETAP DALAM KEADAAN PINGSAN.
MEME:
Bu, Juru Rawat, tolong Bu. Selamatkan suami saya. Lukanya tidak parah kan Bu juru rawat…
JURU RAWAT:
Ibu duduk dulu ya, tenang. Ini begini, kebetulan Pak Dokternya sedang pulang kampung ke Tabanan tadi pagi. Jadi hanya ada tiang di sini…
WARGA:
(MEMOTONG) Dokter harusnya tak boleh libur. Kalau seperti sekarang ini, apa Juru Rawat bisa menolong…
JURU RAWAT:
Pak, dokter juga punya keluarga. Tadi pagi ada kabar dari kampungnya, ayahnya meninggal. Jadi dia harus buru-buru pulang.
WARGA TAMPAK MALU. MUKANYA MERAH. IA BERGESER KE TERAS.
MEME:
Bu, yang penting selamat suami saya.
JURU RAWAT:
Bu, tiang tidak punya kemampuan mengobati luka separah ini. Lambung suami ibu lukanya dalam, dia bisa kehilangan banyak darah. Jadi harus segera dioperasi.
MEME:
Kalau begitu, cepat saja dioperasi Bu.
JURU RAWAT:
Di Puskesmas tak ada peralatan operasi Bu. Dan tiang tidak bisa melakukannya.
MEME:
Jadi Juru Rawat tidak bisa menolong?
JURU RAWAT:
Sebaiknya dibawa langsung ke Sanglah saja…
C.U. MEME TERTEGUN. WAJAHNYA BERUBAH KETAKUTAN. BIBIRNYA GEMETAR. IA TAK PERNAH MEMBAYANGKAN AKAN MEMBAWA SUAMINYA BEROBAT KE SANGLAH, DENPASAR.
JURU RAWAT:
Nanti di sana suami ibu pasti cepat dapat pertolongan. Sebentar tiang akan beri rujukan. Cepat ya Bu, jangan sampai suaminya kehabisan darah…..
CUT TO:
EXT. HALAMAN DEPAN SEBUAH PUSKESMAS. PETANG HARI.
BEBERAPA LELAKI BURU-BURU MENGGOTONG BAPA LALU MENAIKKANNYA KE ATAS BAK SEBUAH MOBIL PICK-UP. KETIKA KENDARAAN AKAN BERANGKAT DARI ARAH DEPAN MUNCUL LUH MANIK BERSAMA LELAKI.
LUH MANIK:
(SETELAH MELIHAT SOSOK BAPA YANG TERBARING DI BAK PICK-UP) Meme, mau dibawa kemana Bapa?
MEME:
Puskesmas tidak punya obatnya, jadi harus dibawa ke Sanglah Luh…
LUH MANIK MENUTUP MULUT KETIKA MENDENGAR KATA-KATA SANGLAH. KATA INI IDENTIK DENGAN SEBUAH RUMAH SAKIT RUJUKAN DI DENPASAR. PASTI PENGOBATAN BAPA AKAN MENELAN BIAYA MAHAL.
MEME:
Kita dapat uang darimana untuk berobat ke Sanglah?
LUH MANIK:
Itulah juga yang ada dalam pikiran tiang.
LELAKI:
Sudah Meme, Luh, jangan pikir soal uang dulu. Nanti sampai di sana kita usahakan. Yang penting Bapa dibawa dulu ke Sanglah. Jangan sampai terlambat menolong.
CUT TO:
EXT/INT. UNIT GAWAT DARURAT RSUP SANGLAH DENPASAR. MALAM.
L.S. TERLIHAT KESIBUKAN DI LUAR DAN DI DALAM RUANGAN. SELAIN BANYAK YANG MENUNGGU DI BANGKU-BANGKU PANJANG. BEBERAPA DI ANTARANYA BAHKAN TERLIHAT MELUNGKER TERTIDUR. SEMENTARA ITU PARA MEDIS SIBUK MENDORONG KERETA PASIEN ATAU MEMBIMBING PASIEN AGAR MENUJU RUANG PERIKSA.
DALAM KESIBUKAN ITULAH TERLIHAT SEBUAH MOBIL PICK-UP MEMASUKI PARKIR UNIT GAWAT DARURAT. BURU-BURU SEORANG LELAKI TURUN DAN MINTA BANTUAN KEPADA PARA MEDIS AGAR MERAWAT BAPA. TAK BERAPA LAMA BAPA SUDAH DIBAWA MASUK DENGAN KERETA DORONG.
CUT TO:
INT. RUANG PERIKSA UNIT GAWAT DARURAT. MALAM HARI.
SEORANG DOKTER SEDANG MEMERIKSA LUKA DI LAMBUNG BAPA. SEMENTARA PERAWAT SIBUK MEMASANG SELANG INFUS DI TANGAN DAN MULUT BAPA. BEBERAPA KALI DOKTER MINTA AGAR PERAWAT MEMBAWAKAN SENTER UNTUK MELIHAT LUKA BAPA LEBIH JELAS. DOKTER MEMERINTAHKAN AGAR LUKA ITU DIBERSIHKAN DULU.
CUT TO:
INT. RUANG UNIT GAWAT DARURAT. MALAM HARI.
SEORANG PERAWAT MENUJU RUANG TUNGGU UNTUK MEMANGGIL MEME MASUK KE DALAM RUANGAN. MEME MENARIK TANGAN LUH MANIK AGAR TURUT MASUK KE DALAM.
CUT TO:
INT. RUANGAN DOKTER UNIT GAWAT DARURAT. MALAM HARI.
DOKTER MEMPERSILAKAN MEME DAN LUH MANIK DUDUK.
DOKTER:
Bu, luka suami Ibu sangat dalam, jadi perlu dioperasi dengan sangat segera. Untuk itu kami membutuhkan darah yang sesuai dengan golongan darah suami Ibu. Selain itu, terus terang kami ingin tahu bagaimana kesanggupan Ibu menanggung biaya operasinya?
MEME:
Selamatkan suami tiang Pak Dokter. (DENGAN WAJAH MURUNG) Kalau boleh tahu, berapa tiang mesti menyiapkan uang?
DOKTER:
Yang penting suami Ibu selamat dulu. Mungkin nanti Ibu harus menyiapkan uang sekitar Rp 5 juta…
KETIKA MENDENGAR ANGKA ITU MEME DAN LUH MANIK KAGET. MEREKA SALING PANDANG. LALU MINTA IZIN UNTUK BERUNDING DI LUAR.
DOKTER:
Boleh silakan Ibu berunding dulu, tapi jangan lama-lama, operasi harus segera kita lakukan malam ini agar suami Ibu tertolong. Ibu mau suami Ibu selamat kan?
MEME HANYA MENGANGGUK RAGU LALU MINTA PERMISI KELUAR RUANGAN.
CUT TO:
EXT. RUANG TUNGGU UNIT GAWAT DARURAT. MALAM HARI.
MEME:
Luh, bagaimana sekarang, Meme sudah tak bisa berpikir. Bapa sakit, lagi harus pikirkan soal uang, di mana harus dapat uang sebanyak itu, Luh?
C.U. LUH MANIK HANYA DIAM. MUKANYA MEMPERLIHATKAN IA SEDANG BERPIKIR KERAS DIMANA MENDAPATKAN UANG.
MEME:
Jangan hanya diam saja, Luh. Di mana kita dapat uang sekarang? Dokter menunggu jawaban kita agar Bapa bisa tertolong.
LUH MANIK:
(KEPADA LELAKI) Bli, coba ikut pikirkan sekarang, tadi Bli bilang uang dipikirkan di Sanglah. Di mana sekarang bisa dapat uang sebanyak itu?
LELAKI TAK SEGERA MENJAWAB. IA MENGUSAP-USAP WAJAHNYA. MEME DAN LUH MANIK TAMPAK MENUNDUK LESU.
LELAKI:
(DENGAN WAJAH RAGU). Begini, kalau Meme dan Luh bisa menerima. Tiang masih menyimpan alamat dan telepon Pak Gung…
LUH MANIK:
Maksud Bli, tiang minta tolong kepada orang yang mengontrak dan membeli gamelan itu? Meme, ini tidak mungkin…Jangan sampai kita diuluk-uluk (dibohongi—Pen) untuk kesekian kalinya. Jangan kita gadaikan diri kita terus-terusan. Tiang tahu dia makelar, Bli. Cuma untung saja pikirannya…(URING-URINGAN, MONDAR-MANDIR DI SEKITAR RUANG TUNGGU).
MEME:
Luh, sekarang Meme tanya, apa kita punya jalan lain? Kita sedang di Badung, Luh, tak punya saudara, tak ada orang yang kita kenal lagi selain Pak Gung. Kita tidak datang untuk minta, kita pinjam…
LUH MANIK:
Dengan apa kita mesti mengembalikannya Meme?
MEME:
Kamu bisa menari lagi Luh. Nanti kita cicil dari hasil menarimu itu.
C.U. LUH MANIK MENDENGUS. WAJAHNYA BERKERINGAT. IA SEDANG BERPIKIR KALAU SAMPAI IA DATANG MEMINJAM UANG KEPADA MAKELAR ITU ARTINYA IA SUDAH SIAP DENGAN SEGALA RISIKONYA. TIDAK SEKADAR RISIKO HUTANG, TETAPI BISA-BISA SELURUH HIDUPNYA TERGADAI. LUH MANIK DUDUK MENJAUH DARI MEME DAN LELAKI.
DENGAN KASIH SEORANG IBU, MEME MENDEKAT DAN DUDUK DI SAMPING LUH MANIK. SETELAH BEBERAPA LAMA MEME BERKATA:
MEME:
Luh apa yang kamu lakukan hari ini pasti akan dikenang Bapa selama hidupnya nanti. Mudah-mudahan dengan peristiwa ini ia berubah. Tidak lagi menghambur-hamburkan uang di kalangan tajen. Tolonglah Bapa, kali ini saja…
LUH MANIK MENETESKAN AIR MATA. IA TERINGAT DESANYA YANG MISKIN, MURAM, DAN SELALU TIDAK PERNAH DIPERHITUNGKAN.
PERAWAT:
(KELUAR DARI RUANG PERIKSA) Apa sudah ada keputusan, Bu? Biar operasinya bisa jalan.
MEME:
Beri tiang waktu berunding dulu, Bu. Kalau sudah setuju tiang segera laporkan pada Pak Dokter.
M.S. PERAWAT BERLALU DENGAN MUKA MASAM.
MEME:
Luh, waktu kita mendesak. Tolong Bapa kali ini saja. Apa pun dia tetap ayahmu dan di saat beginilah kita diuji untuk berjiwa besar. Dia Bapamu Luh. Jelek dan baik, dia Bapamu Luh…
P.O.V. LUH MANIK MENGHAPUS AIR MATA DENGAN TANGANNYA. PEREMPUAN BERAMBUT PANJANG DAN BERKULIT KUNING ITU TAMPAK BEGITU LUSUH. JELAS SEKALI BANYAK ADA BEBAN DI WAJAHNYA.
LELAKI: (O.S)
Luh di saat begini tak ada orang lain yang bisa menolong. Kita tidak menggadaikan hidup kepada Pak Gung kalau kita meminjam uang. Mari Luh, Bli yang antar ke Pak Gung, dulu Bli pernah minta alamatnya.
M.S. LUH MANIK MEMELUK MEME. MEME CANGGUNG KARENA INI TIDAK BIASA DILAKUKAN PUTRI SEMATA WAYANGNYA ITU. TETAPI IBU DAN ANAK ITU KEMUDIAN BERPELUKAN ERAT. C.U. WAJAH LUH MANIK YANG BASAH AIR MATA. DARI BALIK PUNGGUNG MEME IA MENGUSAP MATANYA YANG MULAI SEMBAB.
CUT TO:
EXT. DI DEPAN SEBUAH RUMAH BERGAYA BALI YANG BESAR. MALAM HARI.
LUH MANIK DAN LELAKI SEDANG BERADA DI DEPAN GERBANG. KEDUANYA TERLIHAT RAGU UNTUK MEMANGGIL TUAN RUMAH. MEREKA CELINGUKAN SEPERTI TAK TAHU APA YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK MEMBERITAHU TUAN RUMAH ATAS KEHADIRAN MEREKA.
M.S. KE Z.I. KEDUA ORANG ITU MEMASANG WAJAH GELISAH.
LUH MANIK:
Bli, apa benar ini rumahnya? Tampak sepi sekali….
LELAKI:
Kalau melihat besarnya pasti ini benar rumah Pak Gung. Waktu ke desa dulu, Pak Gung pernah bilang bahwa ia kaya dengan rumah gaya Bali yang besar…
LUH MANIK:
Tapi di Badung ini banyak rumah seperti ini…
LELAKI:
Ya sudah coba Bli panggil-panggil saja ya.
KETIKA LELAKI MENCOBA MEMANGGIL-MANGGIL TUAN RUMAH. TIBA-TIBA DARI ARAH JALAN TERLIHAT LAMPU SEBUAH MOBIL MENUJU KE GERBANG RUMAH.
EXT/INT. RUANG KEMUDI MOBIL SEDAN. MALAM HARI.
LELAKI DI DALAM MOBIL ITU MEMBUKA KACA JENDELA. DALAM M.S. TAMPAK WAJAH MAKELAR (PAK GUNG) SERTA SEORANG PEREMPUAN DI SAMPINGNYA, BU GUNG, ISTRINYA.
LELAKI:
(CENGENGESAN) Malam, Pak…Gung…
MAKELAR:
Anda mau cari siapa, malam-malam celingukan di rumah orang.
LELAKI:
Tiang dari Desa Poh, Pak Gung. Ini Luh Manik….
(LELAKI MEMBERI ISYARAT AGAR LUH MANIK MENDEKAT DAN MEMBERI SALAM HORMAT).
MAKELAR:
Ooh…kamu, ada apa malam-malam begini…
KAMERA BERALIH KE BU GUNG YANG MEMASANG MUKA MASAM.
MAKELAR:
Perlu apa Luh? Tunggu sebentar…
MAKELAR MEMBUNYIKAN KLAKSON MOBIL. DALAM WAKTU SEKEJAP SEORANG PEMBANTU BERLARI UNTUK MEMBUKAKAN PINTU.
KETIKA MOBIL BERGERAK DAN TEPAT BERADA DI SAMPING PEMBANTU, MAKELAR BERKATA:
MAKELAR:
Tolong disuruh masuk tamunya.
PEMBANTU MEMBUNGKUK-BUNGKUKKAN BADAN TANDA HORMAT DAN SEGERA MEMPERSILAKAN KEDUA TAMU YANG SEJAK TADI BERDIRI DI DEPAN GERBANG.
CUT TO CUT MAKELAR MEMASUKKAN MOBIL KE DALAM GARASI. LUH MANIK DAN LELAKI TERHERAN-HERAN MEMANDANG LAMPU-LAMPU YANG MERIAH DI SEKITAR TAMAN YANG LUAS SERTA PINTU-PINTU RUMAH YANG BERUKIR. PEMBANTU YANG MEMBIMBING KEDUANYA MENUJU PINTU MASUK RUANG TAMU LALU MEMPERSILAKAN KEDUANYA DUDUK.
CUT TO:
INT. RUANG TAMU RUMAH MAKELAR YANG MEWAH.
LUH MANIK DAN LELAKI SEDANG DUDUK. MATA LUH MANIK BERKELILING MELIHAT BENDA-BENDA DI RUANGAN ITU. KAMERA KEMUDIAN MENYAPU BENDA-BENDA SEPERTI GUCI DARI CHINA, LUKISAN WAYANG BALI, SEEKOR HARIMAU YANG DIKERINGKAN TERDAPAT DI SUDUT RUANGAN. JUGA TERDAPAT FOTO MAKELAR DAN ISTRINYA DALAM PAKAIAN RAJA-RAJA BALI ZAMAN DULU.
TIBA-TIBA MAKELAR DAN ISTRINYA MASUK. KEHADIRAN KEDUANYA SEDIKIT MEMBUAT KAGET LUH MANIK.
MAKELAR:
Maaf kalau kalian lama menunggu. Kalau tidak ada perlu pastilah Luh dan siapa ini?
LELAKI:
Tiang Komang, Komang Malen Pak Gung, tukang gamel di Teruna Arum….
MAKELAR:
(MANGGUT-MANGGUT) Pak Gung pikir, langsung saja nggih (ya—Pen). Pak Gung dengar Luh tidak setuju dengan penjualan gamelan itu. Tapi mau apa lagi, gamelan kini sudah dibawa ke Jepang oleh yang membelinya. Sudahlah, gamelan bambu kan mudah membuatnya lagi…(.O.S) Kalau nanti situasi turis sudah baik, kontrak menarik bisa dilanjutkan. Pak Gung yang akan mengurus semua….
LUH MANIK DAN LELAKI (KOMANG MALEN) SALING PANDANG. KEDATANGAN MEREKA MALAM ITU BUKANLAH MEMPERSOALKAN KEMBALI GAMELAN YANG DIJUAL WARGA KEPADA MAKELAR.
BU GUNG:
Ajik, Jik,…(ARTINYA BAPAK, PANGGILAN SUAMI DALAM LINGKUNGAN BANGSAWAN DI BALI—PEN) Kelihatannya Luh Manik mau bicara…
MAKELAR:
Nggih, nggih Ajik ngerti. Ada apa Luh Manik?
LUH MANIK:
(SETELAH MEMANDANG KOMANG MALEN) Begini, Pak dan Bu Gung, tiang datang malam-malam kemari bukanlah untuk urusan gamelan lagi…
MAKELAR:
(MEMOTONG) Ooh…Pak Gung kira Manik masih marah soal gamelan itu…Pak Gung dengar dulu Manik marah sekali…
BU GUNG MEMBERI ISYARAT AGAR MAKELAR TIDAK MEMOTONG PEMBICARAAN LUH MANIK.
LUH MANIK:
Kami datang, ingin minta tolong kepada Pak dan Bu Gung. Karena mendesak, makanya kami datang malam-malam begini…
BU GUNG:
Kalau misalnya pertolongan yang Manik minta masih dalam jangkauan kami, pasti akan dibantu. Ada apa di desa, hingga Manik datang malam-malam begini ke Badung?
LUH MANIK:
(KEPADA KOMANG MALEN) Bli tolong ceritakan apa yang menimpa Bapa.
LELAKI:
Maaf Pak dan Bu Gung, kami merepotkan menceritakan ini kepada Pak dan Bu Gung. Ini soal Bapa. Tadi sore di desa ada keributan…
MAKELAR:
Pasti di kalangan tajen…?
BU GUNG:
Jik, Ajik, biarkan Komang cerita dulu. Kita dengar…(KEPADA KOMANG MALEN) Lanjutkan Mang.
LELAKI:
Memang benar Pak Gung, keributan terjadi di kalangan tajen, sampai berkibat perut Bapa tertusuk taji.
BU GUNG:
Bagaimana kemudian keadaan Bapamu Luh? Apa…
LUH MANIK:
Itulah makanya tiang sampai di Badung Bu Gung. Bapa sekarang sudah di Sanglah. Dan harus operasi karena luka tusuknya sangat dalam. Malam ini operasi harus dilakukan. Dokter sedang menunggu keputusan tiang.
MAKELAR:
Ya kemudian ia memerlukan biaya untuk operasi kan? Luh dan Komang kemari untuk meminjam uang kan?
LUH MANIK MENUNDUK DENGAN MUKA MERAH. IA MALU KARENA KEDATANGANNYA KE RUMAH MAKELAR DENGAN MUDAH DITEBAK.
CUT TO:
EXT/INT. RUANG TUNGGU UNIT GAWAT DARURAT RSUP SANGLAH. MALAM HARI.
SEORANG PERAWAT TAMPAK TERGOPOH-GOPOH MENDATANGI MEME YANG SEDANG DUDUK SENDIRIAN DI BANGKU PANJANG. SESEKALI MATA MEME TERPEJAM KARENA KANTUK. JAM DI DINDING TELAH MENUNJUKKAN PUKUL 21.30 WITA.
PERAWAT:
Bu apa sudah ada kepastian? Kami harus cepat ambil tindakan.
MEME:
Tiang juga sedang menunggu kabar, Bu. Tidak boleh dioperasi dulu saja biar tidak terlambat. Pasti tiang akan bereskan biayanya…
PERAWAT:
Tidak bisa Bu, pihak rumah sakit harus mendapat jaminan siapa yang bertanggung jawab atas biaya operasi. Selain itu Ibu harus mengganti darah yang telah kita pakai untuk menolong Bapa.
MEME:
Anak tiang sedang mencari pinjaman Bu. Tiang ingin bertemu dokter, boleh Bu?
PERAWAT:
Tidak perlu. Semua dokter sedang sibuk di sini. Kami tunggu kepastian Ibu. Kalau sudah temui saya di dalam. Di sini tidak ada yang gratis. (MEMASANG WAJAH BERWIBAWA).
CUT TO:
INT. RUANG TAMU MAKELAR. MALAM HARI.
BU GUNG:
Berapa biaya operasi Bapa, Manik?
LUH MANIK:
Katanya lebih dari Rp 5 juta, Bu Gung.
MAKELAR:
Itu biaya yang cukup besar. Dengan apa kamu mengembalikannya nanti…
LUH MANIK:
Tiang harap bisa menari lagi di hotel. Dengan honor itu tiang akan cicil kepada Pak Gung..
MAKELAR:
Mana mungkin kontrak dilanjutkan meski turis sudah pulih. Gamelan milik desamu sudah dijual Bapa. Begini, apa Bapa punya tanah untuk jaminan kalau nanti Pak Gung pinjami uang?
BU GUNG:
Eh, Jik, tidak boleh menjerat orang yang sedang kesusahan. (KEPADA LUH MANIK) Luh, biarkan Ibu dan Pak Gung bicara di dalam sebentar ya. Kamu tunggu saja di sini.
BU GUNG MEMBERI ISYARAT AGAR PAK GUNG MASUK KE BELAKANG. DENGAN PERASAAN TERPAKSA PAK GUNG BERANJAK KE DALAM.
CUT TO:
INT. RUANG TAMU MAKELAR. MALAM HARI.
LUH MANIK:
Bli, sudah tiang duga begini jadinya. Pasti Pak Gung akan menggunakan kesempatan ini untuk mencari untung. Ini persis ketika ia membeli gamelan itu.
LELAKI:
(MEMBERI ISYARAT AGAR TIDAK BICARA KERAS) Huss….Sssttt….Jangan begitu. Kelihatannya Bu Gung orang baik. Kita tidak punya pilihan. Kalau tidak kemari, kemana lagi…
LUH MANIK:
Kalau misalnya dia minta jaminan tanah warisan Bapa, gimana Bli?
LELAKI:
Tidak ada jalan lain…
LUH MANIK:
Bli setuju? Kalau nanti Bapa sembuh tapi tanah tetap diambil apa yang harus dibilang?
LELAKI:
Ssstt….Mereka datang.
INT. RUANG TAMU MAKELAR. MALAM HARI.
MAKELAR DAN BU GUNG SUDAH KEMBALI KE RUANG TAMU.
BU GUNG:
Jadi begini Luh. Ini kalau Luh Manik setuju dengan Ibu. Karena Bapa benar-benar membutuhkan pertolongan, anggaplah kami ini sedang membantu menyelamatkan nyawa ayahmu. Bu dan Pak Gung sudah sepakat akan membantu.
C.U WAJAH LUH MANIK SEPERTI TAK PERCAYA.
BU GUNG:
Ya benar Bu Gung akan bantu. Cuma tentu saja pastilah uang sebanyak itu tidak cuma-cuma. Luh harus mengembalikannya. Caranya, mungkin Luh bersedia bekerja di Jakarta.
C.U. SEKALI LAGI WAJUH LUH TAK PERCAYA.
LUH MANIK:
Tanah warisan itu?
BU GUNG:
Tak usah kamu bicarakan itu. Begini, kebetulan ada saudara Bu Gung, namanya Minarti Lin. Ia punya toko orderdil mobil di Jakarta. Sekarang sedang membutuhkan pelayan toko. Kalau Luh mau bisa kerja di sana, dan dari upah kerja itu Luh bisa mencicil pinjaman kepada Ibu. Bagaimana Luh? Jangan berpikir terlalu lama, Bapa sedang butuh pertolongan.
LUH MANIK:
(SETELAH MEMANDANG LELAKI) Kalau memang itu jalan untuk menyelamatkan Bapa, tiang akan jalani saja Bu Gung. Matur suksma (Terima kasih—Pen).
BU GUNG:
Nah begitu. Kita akan sama-sama ke rumah sakit…
CUT TO:
EXT/INT. RUANG UNIT GAWAT DARURAT RSUP SANGLAH. MALAM HARI.
DALAM L.S.LUH MANIK, LELAKI, MAKELAR, DAN BU AGUNG TAMPAK SEDANG TURUN DARI MOBIL. LUH MANIK BERGEGAS MENUJU RUANG TUNGGU DI MANA MEME TADI DUDUK. TETAPI IA TAK MELIHAT MEME DI SITU. LUH MANIK BERGEGAS MENUJU RUANG PERIKSA. TETAPI KETIKA TIBA DI PINTU MEME KELUAR DARI DALAM DENGAN TANGIS YANG MENYAYAT-NYAYAT.
MEME:
MENUBRUK LUH MANIK. Bapa Luh, Bapa…Bapa…(TANGANNYA MENUNJUK KE RUANG DALAM TEMPAT DI MANA BAPA DIPERIKSA).
LUH MANIK:
Kenapa dengan Bapa, Meme. (KEPADA LELAKI) Bli cepat, tolong pegang Meme.
MEME YANG LEMAS KEMUDIAN DIPAPAH LELAKI MENUJU BANGKU PANJANG. LUH MANIK BERGEGAS MENUJU RUANG PERIKSA DIIKUTI MAKELAR DAN BU GUNG.
CUT TO:
INT. RUANG RAWAT UNIT GAWAT DARURAT RSUP SANGLAH. MALAM HARI.
LUH MANIK MENEMUI JENAZAH BAPA SUDAH DITUTUP KAIN PUTIH. TIBA-TIBA KAKINYA TERASA LEMAS, IA LALU BERSIMPUH DI SISI RANJANG RAWAT DENGAN PANDANGAN KOSONG. IA MENCOBA MENYIMPAN KESEDIHAN DAN RASA KEHILANGAN DI DALAM HATINYA. C.U. WAJAH LUH MANIK YANG PERLAHAN MENEGANG, LALU IA TAK BISA MEMBENDUNG AIR MATANYA.
BU GUNG:
(MEMBELAI KEPALA LUH MANIK) Ini mungkin sudah jalan Bapa, Luh. Tabahkan hatimu. Lebih baik memikirkan hari esok ya. Kamu sudah berusaha…
KATA-KATA BU GUNG ITULAH YANG MEMBUAT LUH MANIK MENANGIS SESENGGUKAN. IA TAK LAGI BISA MENAHAN RASA KECEWANYA KARENA TERLAMBAT MENOLONG BAPA.
INT. RUANG RAWAT GAWAT DARURAT RSUP SANGLAH. MALAM.
SEORANG DOKTER MASUK KE RUANGAN.
DOKTER:
(KEPADA BU GUNG) Kita sudah berusaha maksimal, Bu. Tetapi pasien kehabisan banyak darah sewaktu dalam perjalanan kemari. Terimalah ini sebagai takdir. Kami sudah usahakan sekuat tenaga untuk menyelamatkannya, tetapi inilah hasilnya….
BU GUNG:
Saya mengerti, Dokter pasti telah melakukan yang terbaik..
CUT TO:
EXT. TERMINAL BUS. SORE HARI.
DALAM L.S. TERMINAL MASIH DENGAN KESIBUKAN LUAR BIASA. KAMERA MOVEMENT DARI ARAH PUNGGUNG. LUH MANIK MASIH TAMPAK DUDUK DI BANGKU PANJANG. TIKET DI TANGANNYA BERKIBAR-KIBAR DIHEMPAS ANGIN. RAMBUT GADIS BELIA ITU TAMPAK SANGAT KUSUT. BEBERAPA KALI CALO TIKET MENDEKATINYA. TETAPI LUH TETAP DIAM DALAM KESEDIHANNYA.
V.O. Aku sekarang tetap perempuan muda yang serba canggung dan bingung untuk melangkah. Kepergian Bapa, kesulitan ekonomi desa karena terus-menerus dicap PKI, Meme yang beranjak tua, seakan menarik-narikku untuk tidak pergi. Tetapi sebagai seseorang yang menjadi saksi atas segala kesulitan ini, apakah aku tega tinggal diam….Aku ibarat bunga di tepi badai, keharuman yang setiap saat bisa terhempas lalu tersungkur ke tanah yang entah…
DISOLVE TO:
EXT. TERMINAL BUS. SIANG HARI.
B.C.U WAJAH LUH MANIK YANG BERCUCURAN AIR MATA. IA MENANGIS KARENA HARUS PERGI MENINGGALKAN DESANYA DALAM KEADAAN TAK BERDAYA. SEHARUSNYA IA BERADA BERSAMA MEME DAN WARGA DESA UNTUK MEMBANGKITKAN KEMBALI DESA POH YANG TERPURUK DALAM KEMISKINAN.
SEBUAH BUS BERGERAK PERLAHAN MENINGGALKAN TERMINAL. DALAM M.S. KAMERA MOVEMENT MEMPERLIHATKAN BANGKU PANJANG DI MANA LUH MANIK TADI DUDUK SUDAH KOSONG.
CUT TO:
LIMA TAHUN KEMUDIAN.
EXT/INT. BERANDA RUMAH PEKAK. PAGI HARI.
LUH MANIK TAMPAK DUDUK DI DEKAT PEKAK. DI SITU JUGA TAMPAK BEBERAPA LELAKI LAIN. MEREKA SEDANG MEMBICARAKAN KEMUNGKINAN MEMBANGKITKAN “TERUNA ARUM” LAGI. LUH MANIK MEMINTA PEKAK UNTUK MEMBUAT GAMELAN BARU.
LUH MANIK:
(SUDAH TAMPAK LEBIH DEWASA) Kak, sudah Kak, jangan terus mengingat masa lalu. Mungkin Bapa memang salah menjual gamelan warisan, tapi tak banyak gunanya menyesali yang telah terjadi…
PEKAK:
(MASIH MARAH) Pekak tidak hanya marah karena itu. Kamu juga pergi begitu saja, seolah melarikan diri dari masalah. Kami di sini hidup seperti dikutuk tahu. Sudah melarat, tetapi warga berjudi tiap hari. Kamu di mana, ketika kami semua menanggung kutuk akibat perbuatan bapamu itu?
LELAKI:
Kak, kami kemari bukan untuk dimarahi terus. Manik minta kesanggupan Pekak untuk membuat gamelan baru. Kita berencana menghidupkan kembali Teruna Arum.
PEKAK:
Benar begitu Luh?
LUH MANIK:
Maafkan tiang Kak, kalau Pekak menganggap tiang salah. Tiang pergi justru karena mencoba memperbaiki kehidupan di sini. Begini, Kak selama di Jakarta tiang bisa ngumpulkan uang sedikit-sedikit. Setidaknya cukup untuk membuat gamelan baru. Tiang minta Pekak mau ikut membuatnya. Gimana Kak? Sekarang hidup baru bagi desa ini tergantung pada Pekak.
LELAKI:
Ayolah Kak, Manik sudah mencari beberapa warga yang lain, mereka setuju jika joged dihidupkan lagi. Pekak pasti setuju juga kan?
PEKAK TAK MENJAWAB. PANDANGAN MATANYA JAUH KE LUAR BERANDA. L.S. SEEKOR INDUK AYAM DI HALAMAN SEDANG BERSUARA MEMANGGIL-MANGGIL ANAK-ANAKNYA. DALAM WAKTU SINGKAT ENAM EKOR ANAK AYAM TELAH MENCOCOK MAKANAN YANG TADI TELAH DICAKAR-CAKAR SANG INDUK.
EXT/INT. LOS GAMELAN DESA POH. SIANG HARI.
DALAM L.S.TAMPAK SEKELOMPOK LELAKI DIPIMPIN PEKAK SEDANG BERUSAHA MEMBUAT GAMELAN DI LOS. KAMERA Z.I. SAMPAI M.S. PEKAK SEDANG MERAUT SEBATANG BAMBU DENGAN PISAU TEMUTIK. BEBERAPA KALI IA MEMUKUL-MUKUL BAMBU ITU SEBELUM KEMUDIAN MERAUTNYA KEMBALI.
M.S. SEKELOMPOK LELAKI SEDANG MEMASANG BILAH-BILAH BAMBU ITU MENJADI SEPERANGKAT GAMELAN. LALU MEREKA MENCOBA MEMUKUL-MUKUL UNTUK MENENTUKAN KESESUAIAN NADANYA. BEBERAPA LELAKI BERTANYA KEPADA PEKAK APAKAH RANGKAIAN GAMELAN ITU SUDAH SESUAI DENGAN NADA YANG MEREKA BUTUHKAN.
EXT. LOS GAMELAN DI DESA POH. MALAM BULAN PURNAMA.
DALAM M.S. KAMERA MENYAPU BENDA-BENDA YANG ADA DI DALAM LOS. TILT-DOWN DARI CAHAYA BULAN PURNAMA, ASAP DUPA DARI SAJEN DI SUDUT LOS, TULISAN “TERUNA ARUM” DI DINDING, GAMELAN BAMBU, WAJAH PARA PENABUH YANG SUMRINGAH, SAMPAI KEPADA SOSOK LUH MANIK YANG SEDANG MENGAJAR MENARI. DUA GADIS BELIA SEDANG BERLATIH MENARI. LUH MANIK BEBERAPA KALI MEMBETULKAN POSISI KAKI DAN TANGAN, TERKADANG PULA IA MEMBERI ISYARAT AGAR PARA PENARI MUDA BELIA ITU TERSENYUM….
DISOLVE TO:
EXT. JALAN RAYA NEGARA-DENPASAR. SORE HARI.
SEBUAH TRUK MELINTAS DI JALANAN. DI BAK BELAKANG TAMPAK PARA SENIMAN BERDIRI BERJEJAL BERSAMA GAMELAN. MEREKA SUDAH MENGENAKAN PAKAIAN PENTAS. DI ANTARANYA ADA YANG MENEMBANG-NEMBANG KECIL.
EXT/INT. RUANG SOPIR TRUK. SORE HARI.
DI LATAR DEPAN TRUK TAMPAK JALAN BY-PASS DENPASAR-NUSA DUA. SPANDUK DAN BILLBOARD BERISIKAN REKLAME HOTEL, RESTORAN, DAN TRAVEL BIRO SEPERTI BERLARI. GEDUNG-GEDUNG DI PINGGIR JALAN TAMPAK MEGAH DAN MEWAH DENGAN BERBAGAI LABEL NAMANYA.
CUT TO:
EXT. PANGGUNG TERBUKA SEBUAH HOTEL BERBINTANG. MALAM HARI.
L.S. DARI ARAH DEPAN PANGGUNG. TERLIHAT KEPALA DAN PUNGGUNG PARA WISATAWAN. MEREKA TAMPAKNYA SEDANG MAKAN MALAM, SEMBARI MENYAKSIKAN PERTUNJUKAN JOGED. Z.I. SAMPAI M.S. SEORANG PENARI MUDA DAN CANTIK SEDANG MENARI DENGAN KIPAS YANG BERKELEBAT-KELEBAT.
C.U. WAJAH PENARI DENGAN KERDIPAN MATA YANG MENAWAN. TURUN KE PANGGUNG DAN MENGAJAK SEORANG WISATAWAN MENARI.
TEKS BERGERAK DI ATAS GAMBAR:
Luh Manik akhirnya berhasil membangkitkan Teruna Arum kembali. Kini mereka menari di beberapa hotel di kawasan Nusa Dua dan Sanur dengan penari-penari muda dan cantik. Luh Manik tumbuh sebagai gadis dewasa yang matang. Ia sadar benar kebangkitan Teruna Arum adalah satu-satunya jalan untuk mengalihkan perhatian warga desanya dari kebiasaan mabuk dan berjudi. Meme bangga memiliki putri yang telah menjadi pelopor kebangkitan Desa Poh. Luh Manik belum lagi memutuskan untuk menikah kendati usianya hampir mencapai 30 tahun.
TEMBANG: Sesapi putih mangulayang ke taman sari. Mangungkulin sekar wangi tunjung biru. Manyagain kakupu mangisep sari. Sawireh sekar wangi apang eda kanti layu….
TEX ONLY:
Dedikasikan untuk ratusan korban tragedi bom Legian, Bali, 12 Oktober 2002. Kepergian mereka adalah tonggak bagi upaya-upaya penghentian permusuhan antarmanusia.
FADE OUT
Sabtu, 11 Agustus 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar